REMORSESeptember, 2015Aku membawa kaki ini entah kemana, saat itu aku hanya berpikir untuk berlari sejauh mungkin. Tidak peduli apapun, berlari dan terus berlari sampai tempat itu tak terlihat lagi. Pengecut memang jika lari dari kenyataan, tapi apa boleh buat aku tak bisa bertahan lagi. Dan celakanya aku tak bisa melepasnya. Aku merindukannya. Apa aku salah? Merindukan sesuatu yang tak seharusnya.Aku ingin lupa segalanya, nama dan kesempurnaan hidup yang semu. Dan seperti bayi yang terlahir kembali, aku menjadi pribadi baru. Dengan keadaan yang tak penuh seperti dulu. Tapi aku mencoba bahagia dengan kekuranganku sekarang. Aku hanya mempunyai sisa satu harapan. Melihatnya lagi. Bisakah aku mewujudkannya? Impian dan harapan sederhana itu?Bau tanah yang lembab, menyadarkan lamunanku. Hujan datang! Batinku berseru. Seperti hujan-hujan sebelumnya, semua itu mengingatkanku padamu, pada tubuhmu yang tak punya rasa takut. Saat itu hujan datang dengan kilatan petir, tapi kau tetap pada keputusanmu untuk pergi. Kakimu yang terus melangkah menembus hujan, dengan perlahan punggungmu pun hilang dari hadapanku. Aku hanya bisa menatapmu menjauh.“Nana, ayo masuk nanti masuk angin kena air hujan.”Aku mendengar suara itu, yang lagi-lagi menyadarkanku dari sepotong ingatan masalalu. Suara itu yang memberikan kehangatan yang tulus saat hati ini dingin dan mati rasa. Karena berkat pemilik suara itu aku hidup kembali dari kegelapanku. Suara yang selalu membuatku menoleh dan membalasnya dengan senyuman terindah yang ku punya.“Sebentar lagi Bund, aku masih ingin di sini.” Kataku. Aku mendengarnya menghela napas, aku hanya tersenyum.Perlahan kakiku melangkah ke depan, ku dongakan kepalaku menyambut hujan dengan tanganku menjulur ke depan. Merasakan dinginnya air hujan menyentuh wajah dan kulitku. Melakukan hal-hal gila seperti ini membutku tersenyum.“Naya..” suara itu? suara yang sangat familiar di telingaku. Jenis suara rendah dan berat itu membuatku tersentak. Apakah aku bermimpi?“Naya..!!!” panggil suara itu lagi lebih keras. Suara itu? panggilan nama itu? bukankah itu semua yang ku rindukan selama ini?TINNN...TINNNN...TINNNNNDi saat yang bersamaan aku mendengar suara klakson yang semakin mendekat. Disusul dengan suara jeritan dari bunda. Apa bunda terluka? Apa orang yang memanggilku yang terluka? ada apa ini?Rasanya seperti terbang. Aneh, siapa yang menopang tubuhku. Aku hanya bisa merasakan hembusan hangat nafasnya yang terasa di kulitku. Dan aku hanya tersenyum, meskipun aku tak bisa menatapnya.##############################Flashback.....September 2011Lelaki itu menatap kosong pemandangan di depannya. Tak menyangka gadisnya pergi meninggalkannya. Dia terlambat dan selalu terlambat. Gadisnya hanya meninggalkan buku usang, tentang harapan sederhananya. Gadisnya. Bisakah dia menyebutkan itu di saat dia menorehkan banyak luka di hatinya. Entahlah.. sekarang yang tertinggal hanya penyesalan.Jari-jarinya membuka buku usang itu dan menemukan sebuah kalimat yang membuatnya tercengang. Bisakah kita bertemu lagi? Dan memulai sesuatu yang baru. Batinnya.Kamis, 10 September 2011Dear...Aku punya satu harapan dalam hidupku yaitu bertemu denganmu lagi. Pada saat itu tiba aku ingin bisa melihatmu dan menatapmu lebih lama dan tersenyum. Aku tak perlu takut lagi karena akan ada seseorang di sampingku yang akan memegang tanganku. Aku juga berharap kau juga menatapku dan tersenyum. Kemudian, kau juga memegang tangan seseorang di sampingmu. Saat detik itu terjadi hatiku akan lega.. dan segala cinta, rasa sakit, mimpi dan harapan akan terlihat jelas di akhir cerita itu..Aku tidak tau siapakah yang akan memegang tanganku dan tanganmu.. mungkin orang lain atau mungkin diri kita sendiri yang saling berpegangan??
Catatan Si Penikmat Embun, Hujan, Senja, Musik, Karya Sastra, dan Penonton Setia Drama Korea
Senin, 14 Maret 2016
Cerpen Remorse "adakah kesempatan ke-2"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar