BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di dalam sastra ada
sebuah hubungan yang sangat erat antara apresiasi, kajian dan kritik sastra
karena ketiganya merupakan tanggapan terhadap karya sastra. Karya sastra selain
dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan juga dapat dikatakan
sebagai hasil pemikiran manusia tentang penggambaran kenyataan yang berisi ilmu
berbagai pengetahuan di dunia. Sastra tidak hanya terkait dalam satu bidang
ilmu tetapi juga mencakup beberapa bidang ilmu yang dapat menjadi satu
kesatuan. Karena itu, karya sastra dapat dikaji dengan menggunakan berbagai
bidang ilmu.
Puisi termasuk salah
satu bentuk karya sastra. Puisi adalah sebagai alat pengungkapan pikiran dan
perasaan atau sebagai alat ekspresi. Karya sastra merupakan bentuk komunikasi
antara sastrawan dengan pembacanya. Apa yang ditulis sastrawan dalam karya
sastranya adalah sesuatu yang ingin diungkapkan pada pembaca. Dalam penyampaian
idenya tersebut sastrawan tidak bisa dipisahkan dari latar belakang dan
lingkungannya. Dengan adanya kajian puisi, peminat sastra dapat melakukan
analisis yaitu membedah karya-karya puisi yang dibacanya. Sehingga unsur-unsur
yang menyusun puisi tersebut dapat diketahui. Juga rangkaian hikmah yang ada di
dalamnya. Dalam studi sastra ada sejumlah pendekatan yang dapat diterapkan oleh
penelaah sastra. Bila kita bertolak dari empat cara pandang terhadap karya
sastra seperti yang ditawarkan Abrams (1979:6) mengemukakan dalam komunikasi
antara sastrawan dan pembaca tidak akan terlepas dari empat situasi sastra,
yaitu: karya satra, sastrawan, semesta, dan
pembaca. Maka empat cara pandang itu menghasilkan empat pendekatan,
yakni pendekatan obyektif, pendekatan ekspresif, pendekatan mimesis, dan
pendekatan pragmatis.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan empat pendekan dari teori Abrams?
2. Bagaimana
kajian puisi yang berjudul “Perasaan Sepenuh Matematika” karya Setia Naka
Andrian, yang menggunakan empat pendekatan teori Abrams?
C.
Tujuan
dan Manfaat
1. Untuk
memeberi pengetahuan dan wawasan kepada smahasiswa tentang empat pendekatan
menggunakan teori Abrams.
2. Untuk
melatih mahasiswa dan memberikan pengetahuan tentang mengkaji suatu karya
sastra yang menggunakan teori Abrams
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Empat Pendekatan Teori Abrams
Salah satu tokoh teori
sastra yang sangat berpengaruh adalah M.H. Abrams. Dalam artikelnya yang
berjudul Orientation of Critical Theory
Abrams mencoba menawarkan satu kerangka berpikir untuk memahami proses
penciptaan satu karya. Kerangka tersebut terdiri dari artis/seniman, karya,
semesta, dan penikmat seni/audience. Untuk memudahkan analisis tersebut Abrams
mengacak keempat elemen tersebut ke pola segitiga di mana karya seni berada di
tengah sebagai hal/objek yang akan dijelaskan.
1. Pendekatan
Mimetik
Secara esensial, teori
mimetik melihat bahwa karya seni adalah imitasi dari alam semesta. “The Mimetic
Orientation- the explanation of art as essentially an imitation of aspects of
the universe”. Teori ini bersumber dari pikiran Plato dan Aristoteles. Menurut
Abrams teori ini merupakan teori yang paling primitif. Pendekatan mimetik
adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap
hubungan karya sastra dengan kenyataan di luar karya sastra (Abrams, 1981:
189). Sastra sebagai dokumen sosial. Kenyataan manusia dalam kehidupan
sehari-hari adalah kenyataan yang telah ditafsirkan sebelumnya dan yang
dialaminya secara subjektif sebagai dunia yang bermakna dan kohern. Hubungan
antara seni dan kenyataan merupakan interaksi yang kompleks dan tak langsung,
yang ditentukan oleh konvensi bahasa, konvensi sosio-budaya, dan konvensi
sastra. (Teew, 1984: 224-229).
2. Pendekatan
Pragmatik
Pendekatan Pragmatik
menurut Abrams menekankan pada tujuan seniman dan karakter karya yang sifat
dasarnya untuk memenuhi kebutuhan dan kesenangan penikmatnya (audience). “The
Pragmatic orientation, ordering the aim of the artist and the character of the
work to the nature, the need, and the springs of pleasure in the audience”,
karena karakteristik tersebut, pendekatan pragmatik tersebar luas sampai dengan
abad delapan belas.
3. Pendekatan
Ekspresif
Menurut Abrams hampir
semua aliran romantik di Inggris, mengungkapkan definisi yang menunjukan
persamaan atau kesajajaran antara karya dan penyair. Puisi adalah luapan,
ungkapan, atau sorotan dari pikiran dan perasaan penyair. Puisi merupakan
proses imajinasi yang diubah dan dikumpulkan dari gambaran, pikiran dan
perasaan penyair.
Dengan kata lain,
menurut Abrams di dalam teori ekspresif seniman menjadikan dirinya sendiri
sebagai element terpenting. “This way of thinking, in which the artist himself
become the major element generating both the artistic product and the criteria
by whic it is to be judge, I shall call the expressive theory of art”. Pada
zaman romantik, pendekatan ekspresif merupakan pendekatan yang dominan
dilakukan untuk menganalisis satu karya.
4. Pendekatan
Objektif
Pendekatan objektif
pada prinsipnya memandang karya seni terpisah dari segala sesuatu yang berada
di luar karya tersebut. Seni adalah karya seni itu sendiri, lepas dari segala
faktor eksternal yang ada. Dalam melakukan analisis dengan sendirinya cukup
dengan sesuatu yang sudah ada di dalam karya.“the objective orientation, ’which
on principle regard the work of art in isolation from all these external points
of reference, analyze it as a self-sufficient entity constituted by its parts
in their internal relation, and sets out to judge it solely by criteria
intrinsic to its own mode of being.” Pendekatan Objektif yang muncul pada akhir
abad ke 18 dan awal abad ke-19, menjadi salah satu pendekatan yang
diperhitungkan selama hampir 3 dekade.
B.
Kajian
Puisi “Perasaan Sepenuh Matematika” Karya Setia Naka Andrian dengan menggunakan
Teori Abrams.
Perasaan
Sepenuh Matematika
Akankah kita masih ragu
Bagaimana tuhan menciptakanmu
Perasaan
sepernuh matematika
Bayangkan
saja,
Kita
telah dihilang sejak
Dalam
rencana kelahiran
Saat
itu,
Di
atas ubun-ubun kita
Diceritakan
bagaimana
Takdir
dan masa depan
Yang
khusyuk dijatuhkan
Di
atas telapak tangan
1.
Pendekatan
Mimetik
Puisi ini yang menceritakan
tentang sebuah pertayaan untuk diri kita yang masih sering ragu dengan takdir
dan ketetapan tuhan. Bahwa kita hidup di dunia ini sudah ada yang mengatur, hidup
itu ssebuah kepastiam. kita sebagai manusia biasa hanya bisa berdoa, berharap,
dan merencanakan. Akan tetapi tuhanlah yang menentukan.
Hal ini bisa dilihat pada bait pertama
akankah
kita masih ragu
bagaimana
Tuhan menciptakan
perasaanmu sepenuh matematika
Pada bait ke dua puisi
“Perasaan Sepenuh Matematika” penyair menuliskan tentang bagaimana takdir dalam
hidup kita sudah diatur sejak kita di dalam kandungan. Pada bait ke tiga puisi
ini penyair menjelaskan lagi bahwa saat di dalam kandungan, kita sudah
diceritakan dan ditulis tentang takdir dan masa depan kita, bagaimana kita akan
hidup nanti, dan segala yang akan terjadi dalam hidup kita sudah ditentukan
sejak lahir dengan penuh perhitungan.
Berdasarkan
Kehidupan Nyata
Dalam kehidupan nyata
terutama diajaran islam memang segala yang terjadi di dunia, baik itu manusia,
tumbuhan, hewan, semuanya merupakan takdir dari Tuhan yang maha Esa. Terutama manusia, takdirnya sudah dihitung
sejak ada di dalam kandungan baik itu takdir hidup, mati, jodoh, rezeki, dan
lain sebagainya, semua itu sudah direncanakan oleh Tuhan. Kita sebagai manusia
hanya bisa berdoa untuk mendapatkan takdir yang baik. Amanat dari puisi untuk
diri kita ssebagai umat manusia harus percaya terhadap takdir yang Tuhan
berikan kepada kita. Kita tidak boleh meragukan takdir dari Tuhan.
2.
Pendekatan
Pragmatik
Dilihat dari segi diksi
dalam puisi “Perasaan Sepenuh Matematika” karya Setia Naka Andrian. Penggunaan
kata atau gaya bahasa dalam puisi ini cukup mudah dipahami, serta pemilihan
kata yang seperti ini dapat mendukung suasana yang penuh perenungan. Pemilihan
kata ragu, bayangkan, saat itu, dan
sebagainya masih mudah dipahami oleh pembaca puisi tersebut. Ini dibuktikan
dengan bait pada puisi tersebut, yaitu Akankah kita masih ragu dan Bayangkan saja.
Ditinjau dari segi
citraan yang diperlihatkan pada puisi “Perasaan Sepenuh Matematika” karya Setia
Naka Andrian ini menggunakan citraan perasaan yang dituangkan penyairnya, dan
pembaca pun ikut merasakan citraan perasaan tersebut. Bila dilihat dalam puisi,
citraan perasaan ditunjukkan pada bait pertama. Citraan yang ditunjukkan dalam
puisi ini juga citraan yang dirasakan oleh indera penglihatan manusia, ini
dibuktikan pada bait puisi yang berbunyi bayangkan
saja. Selain itu juga ada citraan gerak pada bait keempat yang berbunyi yang khusyuk dijatuhkan.
Dilihat dari sudut
pandang pembaca sebagai pembaca, puisi ini mempunyai makna yang menarik, yaitu
adalah tentang kita yang masih sering ragu terhadap takdir Tuhan yang sudah
direncanakan sejak di dalam kandungan. Dan takdir yang pasti sudah ditentukan
Tuhan untuk kita.
3.
Pendekatan
Ekspresif
a. Biografi
pengarang
Setia Naka Andrian,
lahir di Kendal, 4 Februari 1989. Pendidikan formal diawali sejak ia berusia 4
tahun, diantaranya lulus TK Dahlia Sidorejo (1994), SDN Penjalin (2001), SMP N2
Brangsong (2004), dan SMA N2 Kendal (2007). Kemudian melanjutkan di Semarang,
lulus Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas
PGRI Semarang (UPGRIS) (2011) dan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia,
Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang (2014). Lelaki kurus yang
gemar melamun, bermusik, bersastra dan berteater ini tercatat berproses kreatif
di Teater Gema, Teater Nawiji, Lembah Kelelawar, Rumah Diksi, Jarak Dekat, dan
Majalah Oasis. Sempat bekerja di Majalah Gradasi, Koran Barometer, dan Majalah
Ekspresi. Ia sempat mengajar Mapel Bahasa Indonesia di SMK Yayasan Pharmasi Semarang (2014-2015),
Bahasa Indonesia Keilmuan di Universitas Semarang (2014-2015), dan Pembelajaran
Bahasa Indonesia Sekolah Dasar di Universitas Terbuka Semarang (2014-2015).
Kemudian mulai tahun ajaran 2015/2016
hingga sekarang, ia mengampu beberapa mata kuliah kesastraan di PBSI
UPGRIS.
Karya-karyanya berupa
Puisi, Cerpen, Opini dan Esai. Yang sudah dimuat di beberapa media lokal maupun
nasional. Serta sempat menjuarai ajang lomba lokal maupun nasional. Beberapa
puisinya dibukukan dalam antologi bersama, di antaranya Kursi Yang Malas
Menunggu (2010), Beternak Penyair (2011), Merajut Sunyi, Membaca Nurani (2012),
dan masih banyak lagi.
b.
Penafsiran Pemahaman Puisi
1) Pemilihan
kata khas
a) Diksi
Diksi yang digunakan
dalam puisi ini tidak terlalu sulit untuk dipahami. Pilihan kata dalam puisi
ini terlihat biasa dan terkesan kata-kata yang digunakan dalam kesehariaannya.
Tetapi arti katanya memiliki makna yang dalam. Walaupun dengan kata-kata yang
biasa tapi pengarang memberikan makna yang dalam yang dapat sebagai bahan perenungan
atas perasaan atau prasangka kita.
Pilihan kata seperti ragu
dan bayangkan juga memberi kesan pada makna untuk kita sadar dan merenung. Pengarang
mampu mengolah pilihan katanya sebaik mungkin walaupun dengan bahasa yang cukup
biasa tapi mampu menghadirkan makna yang begitu dalam sebagai bahan perenungan.
2) Kata Konkret
Kata konkret merupakan kata-kata yang memilliki
makna dan arti sama bila dilihat secara denotatif. Secara konotatif memiliki
makna dan arti berbeda yang sesuai dengan situasi dan kondisi pemakainya.
Kata-kata konkret pada puisi ini seperti terdapat pada kata:
Perasaanmu
sepenuh matematika
Secara denotatif adalah sebuah persaan yang
digambarkan seperti matematika. Secara konotatif adalah sebuah kehidupan yang
pasti, sudah diperhitungkan, rumit dan jelas.
Yang
khusyuk dijatuhkan
diatas
telapak tangan
Secara denotatif sebuah kekhusyukan yang dijatuhkan
diatas sebuah tangan. Secara konotatif adalah sebuah penyerahan dan kebulatan
hati yang sungguh-sungguh pada takdir hidup yang dijalani.
3) Pengimajian
a) Imaji
perasaan terdapat pada larik pertama, akankah
kita masih ragu.
b) Imaji
penglihatan terdapat pada larik ke empat, bayangkan
saja.
c) Imaji
gerakan terdapat pada larik ke-11 dan ke-12, yang khusyuk dijatuhkan diatas telapak tangan
d) Imaji
pendengaran, terdapat pada larik kesembilan, diceritakan bagaimana.
4) Bahasa Figuratif
Pada
puisi ini terdapat majas perbandingan, merupakan majas yang membandingkan
sesuatu dengan menggunakan kata-kata perbandingan. Seperti dalam larik ke tida
di bait pertama perasaanmu sepenuh
matematika.
5) Verifikasi
Rima dalam puisi ini
termasuk dalam rima rangkai Apabila umpamanya baris pertama berima dengan baris
keempat, baris kedua berima dengan baris ketiga. Rima ini terletak pada bentuk
Soneta dengan rimaa – b – b – a atau
-a-b-b
Bagaimana
tuhan mnciptakan
Perasaanmu
sepenuh matematika
Asonansi yang berima
adalah vokal-vokal yang menjadi rangka kata-kata, baik pada satu baris maupun
pada baris-baris berlainan. Contoh :
Akankah
kita masih ragu
Yang disebut asonansi ialah vokal-vokal a dan i pada kata-kata tersebut di atas.
6) Tipografi
Tipografi disebut juga
sebagai ukiran bentuk, ialah susunan baris-baris atau bait-bait suatu puisi. Puisi
ini mempunyai tata wajah yang menggunakan huruf kecil semua dan ada beberapa
menggunakan tanda baca.
7) Tema
Tema yang diangkat pada puisi ini adalah kita sebagai manusia harus
sadar tentang kehendak Tuhan, kita tidak boleh ragu atau menghakimi takdir yang
Tuhan gariskan kepada kita
8) Nada dan Suasana
Nada dan suasana dalam
puisi ini tentang sebuah perenungan ada unsur sedih dan penuh penyessalan.
9) Perasaan
Penuh penyesalan,
kesadaran, perenungan dalam puisi “Perasaan Sepenuh Matematika”
10) Amanat
Amanat yang dapat diambil dari puisi ini
adalah kita harus sadar akan kehendak dan takdir tuhan. Sebagai manusia kita
hanya bisa berdoa dan berusaha yang terbaik.
c.
Kajian Berdasarkan Tinjauan
Psikologis/Kejiwaan Pengarang
Berdasarkan tinjauan
psikologis pengarang, Setia Naka Andrian adalah seorang penyair, dosen, dan
penyuka musik dan teater. Kaitannya dengan pembuatan puisi Perasaan Sepenuh
Matematika ini merupakan bentuk dari pengalamannya dari suatu kejadian dan
bentuk dari sebuah perenungan tentang kehidupan dialam sekitar. Karena banyak
sekali orang yang tidak percaya terhadap takdir dan masih meragukan tuhannya.
Jadi terciptalah puisi ini untuk menyadakan kita untuk ikhlas dan menjalani
takdir sesuai yang digariskan. Kita hanya berdoa dan berusaha terus untuk
melakukan yang terbaik. Dan serahkan hasiknya kepada Tuhan kita. Pada puisi ini
tidak hanya mewakili perasaan dan pengalaman pengarang saja, tetapi juga
mewakili perasaan semua pembaca. Puisi ini mengekspresikan sebuah perenungan
untuk diri kita semua tentang memahami hidup.
4.
Pendekatan
Objektif
Puisi “Perasaan Sepenuh
Matematika” karya Setia Naka Andrian ini mengangkat tema tentang kita yang
masih ragu dengan ketetapan Tuhan terhadap hidup kita. Seolah-olah pengarang
sedang membawa kita untuk merenung karena kita yang masih sering memiliki
keraguan. Pengarang menuliskan bahwa hidup sudah ada yang mengatur dan takdir
kita sudah tertulis sejak kita masih di dalam kandungan. Puisi ini akan dikupas
dengan pendekatan objektif melalui unsur intrinsik (lahir/fisik), ekstrinsik
(batin) dengan semiotiknya.
Dalam ranah intrinsik, pengarang
menyajikan sajak yang cukup indah dengan diksi/pilihan kata yang menarik dan
bahasnya cukup sederhana. Penulis melukiskan perasaannya dengan pembawaan yang
khas dan penuh pengindraan. Tertulis dalam bait petama.
akankah kita masih ragu
bagaimana
tuhan menciptakan
perasaanmu
sepenuh matematika
Penulis mengungkapkan
tentang keragu-raguan dengan kehendak dan takdir Tuhan yang penuh perhitungan
dan kepastian.
Selain itu, penggunaan diksi
yang indah, sajaknya pun tak lepas dari majas (bahasa figuratif) yang
diungkapkan penyair dalam bait ke pertama baris ketiga, perasaanmu sepenuh matematika. Dalam larik baris tersebut ada
sebuah
Dalam puisi ini juga
memuat berbagai kata kongkret yang dikemas dengan baik dan menarik, seperti
yang tertera dalam bait pertama baris ketiga dan bait ketiga pada baris ke
lima. Mengungkapkan kebersediaan penyair terhadap objeknya untuk membagi kisah
tentang kehidupan yang dialami penulis dan menyalurkannya kepada pembaca untuk
ikut merenungi makna dari puisi tersebut.
Selain diksi, majas dan
kata kongkret adapula bentuk imaji/pencitraan,. Bentuk imaji yang tampak dalam
puisi ini merupakan Imaji perasaan terdapat pada larik pertama, akankah kita masih ragu. Imaji
penglihatan terdapat pada larik ke empat, bayangkan
saja. Imaji gerakan terdapat pada larik ke-11 dan ke-12, yang khusyuk dijatuhkan diatas telapak
tangan. Imaji pendengaran, terdapat pada larik kesembilan, diceritakan bagaimana.
Dalam puisi tentulah
ada persamaan bunyi atau biasa disebut rima. Dalam puisi ini terdapat persamaan
bunyi pada bait pertama ( a-b-b) dan bait ketiga (a-b-b). Yang biasa disebut
dengan rima rangkai.
Unsur selanjutnya
adalah perwajahan (tipografi). Dalam puisi
ini berbentuk mempunyai tata wajah yang
menggunakan huruf kecil semua dan ada beberapa menggunakan tanda baca.
Setelah memaparkan
semua unsur intrinsik puisi diatas, selanjutnya kita akan memasuki ranah unsur
ekstrinsik yang terdiri dari tema, rasa, nada(suasana) dan amanat.
Telah dijelaskan pada
awal paragraf, bahwasannya tema yang diangkat adalah tentang kita yang masih
sering ragu dengan ketetapan Tuhan tentang takdir kita. Seolah-olah penulis
ingin membawa kita untuk merenungi kehidupan ini. Selanjutnya, tema dalam puisi
ini menyiratkan perasaan yang penuh penyesalan dan kepasrahan serta kesadaran.
Adapun suasana yang
tergambar dalam puisi ini adalah kegelisahan dan perenungan, jelas sekali
dirasakan pada awal, tengah dan akhir puisi. Suasanya tetap sama ketika puisi
tersebut dibaca. Sehingga mampu membawa pembacanya terhanyut kedalam puisi
tersebut dan seolah-olah merasakan untuk merenung.
Akhirnya, dalam puisi
pasti memiliki amanat atau pelajaran yang dapat kita ambil. Puisi ini
menyiratkan amanat bahwa sesungguhnya dalam kehidupan ini kita tidak boleh ragu
tentang takdir yang terjadi dalam hidup kita. Arena tuhan sudah memberikan
takdir kepada kita jauh sebelum kita dilahirkan di dunia. Sebagai manusia kita
hanya bisa berdoa, berusaha, iklas,
penuh penyerahan dengan kebulatan hati dan sungguh-sungguh senuh kerendahan
hati untuk menjalani hidup ini yang sudah digariskan oleh Tuhan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Puisi “Persaan Sepenuh
Matematika” Karya Setia Naka Andrian ini, menggunakan pendekatan mimetik,
pragmatik, ekspresif dan objektif. Secara keseluruhan isi puisi ini adalah
sebuah perenungan untuk diri kita terhadap keraguan yang masih sering kita lakukan
kepada takdir dan ketetapan Tuhan. Kita sebagai manusia seharusnya bersyukur
dan menjalani hidup dengan sebaik-baiknya tanpa menghakimi ketetapan-Nya.
Terlepas dari cara pengarang/penulis mengekspresikannya sebenarnya dalam puisi
ini kita diajak untuk sadar dan merenungi betapa hebat ciptaan Tuhan dan
rencana-Nya. Bahkan kehidupan dan takdir kita sudah ditulis sejak kita masih di
dalam kandungan. Meskipun puisi ini ditulis dengan bahasa yang sederhana tetapi
memiliki arti yang begitu dalam.
B.
Saran
Kajian puisi sebagai
bentuk kita dalam mengapresiasi terhadap suatu karya. Sebagai pembaca sudah
seharusnya tidak hanya untuk menikmati dan membaca saja. Ada baiknya jika kita
belajar untuk mengkaji sebuah puisi. Supaya kita tahu makna dan arti di dalam
puisi tersebut kita juga dapat mengambil amanat dan pesan penulis kepada
pembacanya. Sehingga dapat ersampaikan dengan baik.
Selain itu, dalam
proses mengkaji puisi memerlukan pemahaman dan penguasaan lebih terhadap
pendekatan yang digunakan, unsur-unsur yang terkait dengan analisis struktur
puisi, dan realitas terhadap karya sastra tersebut. Oleh karena itu, setiap
individu sebelum memulai mengkaji hendaknya mencari contoh-contoh dari
pengaplikasiaan demi menguatkan pemahaman teori-teori yang menjadi dasar
penelitian.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Pradopo,
Rachmat Djoko. 2005. Pengkajian Puisi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
2. Wellek,
Rene, Austin Warren. 1993. Teori
Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
3. Baligh,
Muhammad Jammal. 2014. “Makalah Pendekatan Mimetik.” Diakses pada tanggal 17
Mei 2016. http://mjbrigaseli.blogspot.co.id/2014/03/makalah-pendekatan-mimetik.html
4. Andiriaseyo.
2015. “Teori Abarams.” Diakses pada tanggal 17 Mei 2016. http://andiriaseyo.blogspot.co.id/2015/02/teori-abrams.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar