Minggu, 24 Juli 2016

PUISI



Dibalik Kulminasi Kemenangan
Oleh
Dwi Rizka Purwarini

Seulas angin mengendus permukaan wajah yang basah
jatuh dari ujung rambut dan mengalir melewati pelipis
guyuran air terus membasuh sisa-sisa kotor
yang selanjutnya, menyucikan seluruhnya

Beribu-ribu putih mengerubungi kemegahan rumah-Mu
dengan hati mengharu
akan perjumpaan serta  perpisahan,
orang-orang terus mengumandangkan nama-Mu
yang menggema keseluruh penjuru negri
dari senja datang sampai fajar menjemput

Tapi, apakah kemenangan sesungguhnya bagimu?
Katanya mereka-mereka yang melewati kemenangan
Akan terlahir kembali dengan jiwa-jiwa yang suci
Sudahkah begitu?

Dibalik kulminasi kemenangan
tersimpan isyarat makna yang tak sekadarnya
Dibalik kulminasi kemenangan
bukan apa yang dipakai, yang  di makan, yang diberi, yang diterima
Namun,
sudahkah belajar dari apa yang dipelajari
sudahkah melakukan apa yang seharusnya dilakukan
sudahkah menahan dari apa yang seharusnya  ditahan
Bukannya setelah berpisah maka lupa segalanya
siapa tau entah esok atau kapan, tak akan datang lagi kemenangan-kemenangan yang serupa

Dibalik kulminasi kemenagan
Sudahkah memaafkan dengan hati  bukan sekadar bibir yang berbunyi



ARTIKEL



Esensial Moralitas Anak Bangsa
 Oleh Dwi Rizka Purwarini  (14410210/4E/PBSI)
Universitas PGRI Semarang

Pendidikan tidak hanya mempelajari suatu ilmu pengetahuan, ilmu sosial, atau keterampilan saja. Akan tetapi, pendidikan adalah sebuah wadah untuk membentuk karakter anak, pola pikir anak, serta memperkaya moralitas anak. Hal ini bertujuan untuk menunjang sumber daya manusia yang tidak hanya memiliki kemampuan intelektual, tetapi memiliki nilai moral yang tinggi. Pada dewasa ini, betapa banyak kritik yang dilancarkan oleh berbagai kalangan terhadap pendidikan, atau tepatnya terhadap praktek pendidikan, yang dikarenakan semakin hilangnya nilai moral pada setiap anak. Namun, hampir semua pihak sepakat bahwa nasib suatu bangsa di masa depan sangat bergantung pada kontribusinya pendidikan. 
Untuk mencapai masyarakat yang beradab pada bangsa kita, diperlukan moral yang baik. Moral bangsa Indonesia tercermin pada perbuatan-perbuatan rakyat Indonesia itu sendiri khususnya para remaja sebagai generasi penerus sekaligus ujung tombak bangsa Indonesia. Generasi muda adalah generasi dimana semua harapan demi kemajuan Indonesia berada di bahunya. Artinya, anak bangsa mempunyai peranan yang cukup besar untuk menjadikan Indonesia lebih maju lagi. Namun, pada kenyataan yang ada membuat kita semakin miris. Betapa rusaknya moral anak bangsa Indonesia sekarang.
Hal ini diakibatkan oleh sistem pendidikan Indonesia yang kurang memperhatikan pendidikan moral, salahnya sistem pendidikan Indonesia ini juga bisa menjadi penyebab krisis moral di Indonesia. Sebagaimana semua orang tahu bahwa anak-anak menghabiskan banyak waktunya di dalam sekolah.  Pengaruh lingkungan adalah faktor yang paling mempengaruhi perilaku dan watak anak. Jika dia hidup dan berkembang di lingkungan sekolah yang buruk, moralnya pun akan seperti itu adanya. Sebaliknya jika ia berada di lingkungan sekolah yang baik maka ia akan menjadi baik pula.
Oleh karena itu, sudah seharusnya pemerintah merenungkan problematika yang terjadi pada pendidikan di Indonesia, yang mengakibatkan lemahnya moralitas anak bangsa. Pemerintah harus melakukan evaluasi serta memperbaiki sistem pendidikan yang selama ini berlangsung. Serta menekankan esensi moral pada setiap jenjang pendidikan. Karena banyak masyarakat yang menggantungkan harapannya pada sebuah lembaga pendidikan. Jangan sampai pendidikan yang seharusnya mengajarkan dan memperbaiki moralitas anak, justru mengakibatkan semakin menurunnya tingkat moralitas anak tersebut.
Dalam memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia, pemerintah harus memaksimalkan sistem pendidikan nasional yang belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Seperti sistem pendidikan Indonesia yang berorientasi pada nilai. Sistem pendidikan ini telah diterapkan sejak sekolah dasar. Disini peserta didik diberi pengajaran kejujuran, tenggang rasa, kedisiplinan, nilai moral, nilai religius, dan lain sebagainya. Nilai ini juga tertera pada Kurikulum 2013 edisi revisi, yaitu KI 1 dan KI 2 yang wajib disampaikan pada mata pelajaran Agama, Pkn, dan Budi Pekerti. Bahkan nilai ini juga disampaikan di tingkat pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Tetapi, alangkah baiknya jika semua mata pelajaran juga menyampaikan nilai-nilai tersebut, tidak hanya guru Agama, Pkn, dan Budi Pekerti yang memberikannya. Akan tetapi semua guru berhak mengajarkan kepada semua siswanya meskipun tidak wajib dalam menyampaikan nilai-nilai tersebut.
Peran guru inilah yang sangat penting bagi berlangsungnya pengajaran nilai moral pada anak. Pembinaan nilai moral harus dilakukan secara menyeluruh serta memperhatikan tiap-tiap problem yang dialami pada setiap pribadi anak tersebut. karena, hancurnya moralitas anak biasanya dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial dan pergaulannya. Sebagai guru harus jeli dalam mendalami setiap masalah yang dialami oleh anak tersebut. Guru juga melakukan perlakuan khusus terhadap anak-anak yang memiliki masalah yang serius. Guru harus bisa menjadi sandaran bagi para siswanya, guru tidak hanya mengajar untuk menstransfer ilmu saja, tetapi juga dapat sebagai tempat curahan hati para siswanya. Sehingga, guru dapat mengontrol emosi yang diluapkan siswa, serta guru dapat memberikan arahan kepada siswa secara langsung. Agar tidak melakukan hal-hal negatif sebagai bentuk pelarian dirinya yang berakibat pada rusaknya moral anak tersebut.
Selain peran guru dalam dunia pendidikan yang memperbaiki serta membimbing nilai moral pada diri anak bangsa secara langsung. Guru juga harus menjalin hubungan baik dengan orang tua siswa. Karena peran orang tua tak kalah penting dalam pembentukan karakter seseorang, terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak sedini mungkin serta mengajarkan nilai-nilai moral. Perhatian dari orang tua juga sangat mempengaruhi karena pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk pada sikap anak. Seperti halnya karena kurangnya perhatian orang tua, seseorang akan cenderung melampiaskan amarahnya pada orang lain dengan tindakan yang tidak wajar dilakukan oleh kaum muda. Sehingga, menyebabkan kehancuran nilai moral pada anak bangsa. Sebagai orang tua yang baik harus menjalin komunikasi yang baik dengan guru, begitupun sebaliknya. Dengan dukungan orang tua dan guru yang solid, maka moralitas pada anak akan meningkat lebih baik. Serta untuk menghindari salah pergaulan, orang tua dan guru harus memberi pengarahan agar anak dapat pandai memilah dan memilih teman karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap moral. Karena biasanya kepribadian manusia akan terpengaruhi dari pergaulan itu sendiri.
Selain itu, orang tua bersama guru memberikan wawasan dan pengetahuan yang akan berguna untuk menyaring pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok. Orang-orang menganggap bahwa merokok meningkatkan kepercayaan diri dalam pergaulan. Padahal perilaku merokok tidaklah baik bagi anak dan dapat mempengaruhi kesehatan anak itu sendiri. Serta, anak dibimbing untuk meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal sholeh. Dengan mendekatkan diri kepada Allah, rajin beribadah, tentu akan membuat anak tersebut terhindarkan dari perbuatan yang tidak sesuai di jalan Allah.
Pembinaan seperti ini akan tertanamkan pada diri masing-masing anak. Sehingga anak akan sadar betapa pentingnya pendidikan karakter dan pendidikan  moral. Esensi moral itu sendiri akan mengakibatkan majunya pendidikan yang akan berakibat pada meningkatnya sumber daya manusia yang tidak hanya cerdas intelektual tetapi juga baik dalam karakter serta moralnya. Sehingga, anak bangsa tidak akan lagi tawuran, mabuk-mabukan, membolos, menyontek, bullying, malas belajar, nilai rapot yg buruk, berani melawan guru, dan lain sebagainya. Saat dewasa pun tidak akan ada  KKN, penghianat bangsa demi kepentingan kelompok atau pribadi, bandar narkoba dan lain sebagainya, yang akan menghancurkan anak bangsa generasi berikutnya serta kehancuran suatu negara itu sendiri.
             











Selasa, 31 Mei 2016

Kajian Puisi "Mengkaji Puisi Perasaan Sepenuh Matematika Karya Setia Naka Andrian"



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Di dalam sastra ada sebuah hubungan yang sangat erat antara apresiasi, kajian dan kritik sastra karena ketiganya merupakan tanggapan terhadap karya sastra. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan juga dapat dikatakan sebagai hasil pemikiran manusia tentang penggambaran kenyataan yang berisi ilmu berbagai pengetahuan di dunia. Sastra tidak hanya terkait dalam satu bidang ilmu tetapi juga mencakup beberapa bidang ilmu yang dapat menjadi satu kesatuan. Karena itu, karya sastra dapat dikaji dengan menggunakan berbagai bidang ilmu.
Puisi termasuk salah satu bentuk karya sastra. Puisi adalah sebagai alat pengungkapan pikiran dan perasaan atau sebagai alat ekspresi. Karya sastra merupakan bentuk komunikasi antara sastrawan dengan pembacanya. Apa yang ditulis sastrawan dalam karya sastranya adalah sesuatu yang ingin diungkapkan pada pembaca. Dalam penyampaian idenya tersebut sastrawan tidak bisa dipisahkan dari latar belakang dan lingkungannya. Dengan adanya kajian puisi, peminat sastra dapat melakukan analisis yaitu membedah karya-karya puisi yang dibacanya. Sehingga unsur-unsur yang menyusun puisi tersebut dapat diketahui. Juga rangkaian hikmah yang ada di dalamnya. Dalam studi sastra ada sejumlah pendekatan yang dapat diterapkan oleh penelaah sastra. Bila kita bertolak dari empat cara pandang terhadap karya sastra seperti yang ditawarkan Abrams (1979:6) mengemukakan dalam komunikasi antara sastrawan dan pembaca tidak akan terlepas dari empat situasi sastra, yaitu: karya satra, sastrawan, semesta, dan  pembaca. Maka empat cara pandang itu menghasilkan empat pendekatan, yakni pendekatan obyektif, pendekatan ekspresif, pendekatan mimesis, dan pendekatan pragmatis.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan empat pendekan dari teori Abrams?
2.      Bagaimana kajian puisi yang berjudul “Perasaan Sepenuh Matematika” karya Setia Naka Andrian, yang menggunakan empat pendekatan teori Abrams?

C.       Tujuan dan Manfaat
1.      Untuk memeberi pengetahuan dan wawasan kepada smahasiswa tentang empat pendekatan menggunakan teori Abrams.
2.      Untuk melatih mahasiswa dan memberikan pengetahuan tentang mengkaji suatu karya sastra yang menggunakan teori Abrams




BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Empat Pendekatan Teori Abrams
Salah satu tokoh teori sastra yang sangat berpengaruh adalah M.H. Abrams. Dalam artikelnya yang berjudul Orientation of Critical Theory  Abrams mencoba menawarkan satu kerangka berpikir untuk memahami proses penciptaan satu karya. Kerangka tersebut terdiri dari artis/seniman, karya, semesta, dan penikmat seni/audience. Untuk memudahkan analisis tersebut Abrams mengacak keempat elemen tersebut ke pola segitiga di mana karya seni berada di tengah sebagai hal/objek yang akan dijelaskan.
1.    Pendekatan Mimetik
Secara esensial, teori mimetik melihat bahwa karya seni adalah imitasi dari alam semesta. “The Mimetic Orientation- the explanation of art as essentially an imitation of aspects of the universe”. Teori ini bersumber dari pikiran Plato dan Aristoteles. Menurut Abrams teori ini merupakan teori yang paling primitif. Pendekatan mimetik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap hubungan karya sastra dengan kenyataan di luar karya sastra (Abrams, 1981: 189). Sastra sebagai dokumen sosial. Kenyataan manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah kenyataan yang telah ditafsirkan sebelumnya dan yang dialaminya secara subjektif sebagai dunia yang bermakna dan kohern. Hubungan antara seni dan kenyataan merupakan interaksi yang kompleks dan tak langsung, yang ditentukan oleh konvensi bahasa, konvensi sosio-budaya, dan konvensi sastra. (Teew, 1984: 224-229).

2.    Pendekatan Pragmatik
Pendekatan Pragmatik menurut Abrams menekankan pada tujuan seniman dan karakter karya yang sifat dasarnya untuk memenuhi kebutuhan dan kesenangan penikmatnya (audience). “The Pragmatic orientation, ordering the aim of the artist and the character of the work to the nature, the need, and the springs of pleasure in the audience”, karena karakteristik tersebut, pendekatan pragmatik tersebar luas sampai dengan abad delapan belas. 
3.    Pendekatan Ekspresif
Menurut Abrams hampir semua aliran romantik di Inggris, mengungkapkan definisi yang menunjukan persamaan atau kesajajaran antara karya dan penyair. Puisi adalah luapan, ungkapan, atau sorotan dari pikiran dan perasaan penyair. Puisi merupakan proses imajinasi yang diubah dan dikumpulkan dari gambaran, pikiran dan perasaan penyair.
Dengan kata lain, menurut Abrams di dalam teori ekspresif seniman menjadikan dirinya sendiri sebagai element terpenting. “This way of thinking, in which the artist himself become the major element generating both the artistic product and the criteria by whic it is to be judge, I shall call the expressive theory of art”. Pada zaman romantik, pendekatan ekspresif merupakan pendekatan yang dominan dilakukan untuk menganalisis satu karya.   
4.      Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif pada prinsipnya memandang karya seni terpisah dari segala sesuatu yang berada di luar karya tersebut. Seni adalah karya seni itu sendiri, lepas dari segala faktor eksternal yang ada. Dalam melakukan analisis dengan sendirinya cukup dengan sesuatu yang sudah ada di dalam karya.“the objective orientation, ’which on principle regard the work of art in isolation from all these external points of reference, analyze it as a self-sufficient entity constituted by its parts in their internal relation, and sets out to judge it solely by criteria intrinsic to its own mode of being.” Pendekatan Objektif yang muncul pada akhir abad ke 18 dan awal abad ke-19, menjadi salah satu pendekatan yang diperhitungkan selama hampir 3 dekade.
B.       Kajian Puisi “Perasaan Sepenuh Matematika” Karya Setia Naka Andrian dengan menggunakan Teori Abrams.
Perasaan Sepenuh Matematika
Akankah kita masih ragu
Bagaimana tuhan menciptakanmu
Perasaan sepernuh matematika
Bayangkan saja,
Kita telah dihilang sejak
Dalam rencana kelahiran

Saat itu,
Di atas ubun-ubun kita
Diceritakan bagaimana
Takdir dan masa depan
Yang khusyuk dijatuhkan
Di atas telapak tangan

1.         Pendekatan Mimetik
Puisi ini yang menceritakan tentang sebuah pertayaan untuk diri kita yang masih sering ragu dengan takdir dan ketetapan tuhan. Bahwa kita hidup di dunia ini sudah ada yang mengatur, hidup itu ssebuah kepastiam. kita sebagai manusia biasa hanya bisa berdoa, berharap, dan merencanakan. Akan tetapi tuhanlah yang menentukan.
Hal ini bisa dilihat pada bait pertama
akankah kita masih ragu
bagaimana Tuhan menciptakan
perasaanmu  sepenuh matematika
Pada bait ke dua puisi “Perasaan Sepenuh Matematika” penyair menuliskan tentang bagaimana takdir dalam hidup kita sudah diatur sejak kita di dalam kandungan. Pada bait ke tiga puisi ini penyair menjelaskan lagi bahwa saat di dalam kandungan, kita sudah diceritakan dan ditulis tentang takdir dan masa depan kita, bagaimana kita akan hidup nanti, dan segala yang akan terjadi dalam hidup kita sudah ditentukan sejak lahir dengan penuh perhitungan.

Berdasarkan Kehidupan Nyata
Dalam kehidupan nyata terutama diajaran islam memang segala yang terjadi di dunia, baik itu manusia, tumbuhan, hewan, semuanya merupakan takdir dari Tuhan yang maha Esa.  Terutama manusia, takdirnya sudah dihitung sejak ada di dalam kandungan baik itu takdir hidup, mati, jodoh, rezeki, dan lain sebagainya, semua itu sudah direncanakan oleh Tuhan. Kita sebagai manusia hanya bisa berdoa untuk mendapatkan takdir yang baik. Amanat dari puisi untuk diri kita ssebagai umat manusia harus percaya terhadap takdir yang Tuhan berikan kepada kita. Kita tidak boleh meragukan takdir dari Tuhan.

2.         Pendekatan Pragmatik
Dilihat dari segi diksi dalam puisi “Perasaan Sepenuh Matematika” karya Setia Naka Andrian. Penggunaan kata atau gaya bahasa dalam puisi ini cukup mudah dipahami, serta pemilihan kata yang seperti ini dapat mendukung suasana yang penuh perenungan. Pemilihan kata ragu, bayangkan, saat itu, dan sebagainya masih mudah dipahami oleh pembaca puisi tersebut. Ini dibuktikan dengan bait pada puisi tersebut, yaitu  Akankah kita masih ragu dan Bayangkan saja.
Ditinjau dari segi citraan yang diperlihatkan pada puisi “Perasaan Sepenuh Matematika” karya Setia Naka Andrian ini menggunakan citraan perasaan yang dituangkan penyairnya, dan pembaca pun ikut merasakan citraan perasaan tersebut. Bila dilihat dalam puisi, citraan perasaan ditunjukkan pada bait pertama. Citraan yang ditunjukkan dalam puisi ini juga citraan yang dirasakan oleh indera penglihatan manusia, ini dibuktikan pada bait puisi yang berbunyi bayangkan saja. Selain itu juga ada citraan gerak pada bait keempat yang berbunyi yang khusyuk dijatuhkan.
Dilihat dari sudut pandang pembaca sebagai pembaca, puisi ini mempunyai makna yang menarik, yaitu adalah tentang kita yang masih sering ragu terhadap takdir Tuhan yang sudah direncanakan sejak di dalam kandungan. Dan takdir yang pasti sudah ditentukan Tuhan untuk kita.

3.         Pendekatan Ekspresif
a.     Biografi pengarang
Setia Naka Andrian, lahir di Kendal, 4 Februari 1989. Pendidikan formal diawali sejak ia berusia 4 tahun, diantaranya lulus TK Dahlia Sidorejo (1994), SDN Penjalin (2001), SMP N2 Brangsong (2004), dan SMA N2 Kendal (2007). Kemudian melanjutkan di Semarang, lulus Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) (2011) dan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang (2014). Lelaki kurus yang gemar melamun, bermusik, bersastra dan berteater ini tercatat berproses kreatif di Teater Gema, Teater Nawiji, Lembah Kelelawar, Rumah Diksi, Jarak Dekat, dan Majalah Oasis. Sempat bekerja di Majalah Gradasi, Koran Barometer, dan Majalah Ekspresi. Ia sempat mengajar Mapel Bahasa Indonesia di  SMK Yayasan Pharmasi Semarang (2014-2015), Bahasa Indonesia Keilmuan di Universitas Semarang (2014-2015), dan Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar di Universitas Terbuka Semarang (2014-2015). Kemudian mulai tahun ajaran 2015/2016  hingga sekarang, ia mengampu beberapa mata kuliah kesastraan di PBSI UPGRIS.
Karya-karyanya berupa Puisi, Cerpen, Opini dan Esai. Yang sudah dimuat di beberapa media lokal maupun nasional. Serta sempat menjuarai ajang lomba lokal maupun nasional. Beberapa puisinya dibukukan dalam antologi bersama, di antaranya Kursi Yang Malas Menunggu (2010), Beternak Penyair (2011), Merajut Sunyi, Membaca Nurani (2012), dan masih banyak lagi.

b.         Penafsiran Pemahaman Puisi
1) Pemilihan kata khas
a) Diksi
Diksi yang digunakan dalam puisi ini tidak terlalu sulit untuk dipahami. Pilihan kata dalam puisi ini terlihat biasa dan terkesan kata-kata yang digunakan dalam kesehariaannya. Tetapi arti katanya memiliki makna yang dalam. Walaupun dengan kata-kata yang biasa tapi pengarang memberikan makna yang dalam yang dapat sebagai bahan perenungan atas perasaan atau prasangka kita.
Pilihan kata seperti ragu dan bayangkan juga memberi kesan pada makna untuk kita sadar dan merenung. Pengarang mampu mengolah pilihan katanya sebaik mungkin walaupun dengan bahasa yang cukup biasa tapi mampu menghadirkan makna yang begitu dalam sebagai bahan perenungan.

2) Kata Konkret
Kata konkret merupakan kata-kata yang memilliki makna dan arti sama bila dilihat secara denotatif. Secara konotatif memiliki makna dan arti berbeda yang sesuai dengan situasi dan kondisi pemakainya. Kata-kata konkret pada puisi ini seperti terdapat pada kata:
Perasaanmu sepenuh matematika
Secara denotatif adalah sebuah persaan yang digambarkan seperti matematika. Secara konotatif adalah sebuah kehidupan yang pasti, sudah diperhitungkan, rumit dan jelas.
Yang khusyuk dijatuhkan
diatas telapak tangan
Secara denotatif sebuah kekhusyukan yang dijatuhkan diatas sebuah tangan. Secara konotatif adalah sebuah penyerahan dan kebulatan hati yang sungguh-sungguh pada takdir hidup yang dijalani.

3) Pengimajian
a)    Imaji perasaan terdapat pada larik pertama, akankah kita masih ragu.
b)   Imaji penglihatan terdapat pada larik ke empat, bayangkan saja.
c)    Imaji gerakan terdapat pada larik ke-11 dan ke-12, yang khusyuk dijatuhkan diatas telapak tangan
d)   Imaji pendengaran, terdapat pada larik kesembilan, diceritakan bagaimana.

4) Bahasa Figuratif
     Pada puisi ini terdapat majas perbandingan, merupakan majas yang membandingkan sesuatu dengan menggunakan kata-kata perbandingan. Seperti dalam larik ke tida di bait pertama perasaanmu sepenuh matematika.

5) Verifikasi
Rima dalam puisi ini termasuk dalam rima rangkai Apabila umpamanya baris pertama berima dengan baris keempat, baris kedua berima dengan baris ketiga. Rima ini terletak pada bentuk Soneta dengan rimaa – b – b – a  atau -a-b-b
Bagaimana tuhan mnciptakan
Perasaanmu sepenuh matematika
Asonansi yang berima adalah vokal-vokal yang menjadi rangka kata-kata, baik pada satu baris maupun pada baris-baris berlainan. Contoh :
Akankah kita masih ragu
Yang disebut asonansi ialah vokal-vokal a dan i pada kata-kata tersebut di atas. 

6) Tipografi
Tipografi disebut juga sebagai ukiran bentuk, ialah susunan baris-baris atau bait-bait suatu puisi. Puisi ini mempunyai tata wajah yang menggunakan huruf kecil semua dan ada beberapa menggunakan tanda baca.

7) Tema
            Tema yang diangkat pada puisi ini adalah kita sebagai manusia harus sadar tentang kehendak Tuhan, kita tidak boleh ragu atau menghakimi takdir yang Tuhan gariskan kepada kita
 
8) Nada dan Suasana
Nada dan suasana dalam puisi ini tentang sebuah perenungan ada unsur sedih dan penuh penyessalan.

9) Perasaan
Penuh penyesalan, kesadaran, perenungan dalam puisi “Perasaan Sepenuh Matematika”

10) Amanat
            Amanat yang dapat diambil dari puisi ini adalah kita harus sadar akan kehendak dan takdir tuhan. Sebagai manusia kita hanya bisa berdoa dan berusaha yang terbaik.

c.         Kajian Berdasarkan Tinjauan Psikologis/Kejiwaan Pengarang
Berdasarkan tinjauan psikologis pengarang, Setia Naka Andrian adalah seorang penyair, dosen, dan penyuka musik dan teater. Kaitannya dengan pembuatan puisi Perasaan Sepenuh Matematika ini merupakan bentuk dari pengalamannya dari suatu kejadian dan bentuk dari sebuah perenungan tentang kehidupan dialam sekitar. Karena banyak sekali orang yang tidak percaya terhadap takdir dan masih meragukan tuhannya. Jadi terciptalah puisi ini untuk menyadakan kita untuk ikhlas dan menjalani takdir sesuai yang digariskan. Kita hanya berdoa dan berusaha terus untuk melakukan yang terbaik. Dan serahkan hasiknya kepada Tuhan kita. Pada puisi ini tidak hanya mewakili perasaan dan pengalaman pengarang saja, tetapi juga mewakili perasaan semua pembaca. Puisi ini mengekspresikan sebuah perenungan untuk diri kita semua tentang memahami hidup.

4.         Pendekatan Objektif
Puisi “Perasaan Sepenuh Matematika” karya Setia Naka Andrian ini mengangkat tema tentang kita yang masih ragu dengan ketetapan Tuhan terhadap hidup kita. Seolah-olah pengarang sedang membawa kita untuk merenung karena kita yang masih sering memiliki keraguan. Pengarang menuliskan bahwa hidup sudah ada yang mengatur dan takdir kita sudah tertulis sejak kita masih di dalam kandungan. Puisi ini akan dikupas dengan pendekatan objektif melalui unsur intrinsik (lahir/fisik), ekstrinsik (batin) dengan semiotiknya.
Dalam ranah intrinsik, pengarang menyajikan sajak yang cukup indah dengan diksi/pilihan kata yang menarik dan bahasnya cukup sederhana. Penulis melukiskan perasaannya dengan pembawaan yang khas dan penuh pengindraan. Tertulis dalam bait petama.
 akankah kita masih ragu
bagaimana tuhan menciptakan
perasaanmu sepenuh matematika
Penulis mengungkapkan tentang keragu-raguan dengan kehendak dan takdir Tuhan yang penuh perhitungan dan kepastian.
Selain itu, penggunaan diksi yang indah, sajaknya pun tak lepas dari majas (bahasa figuratif) yang diungkapkan penyair dalam bait ke pertama baris ketiga, perasaanmu sepenuh matematika. Dalam larik baris tersebut ada sebuah
Dalam puisi ini juga memuat berbagai kata kongkret yang dikemas dengan baik dan menarik, seperti yang tertera dalam bait pertama baris ketiga dan bait ketiga pada baris ke lima. Mengungkapkan kebersediaan penyair terhadap objeknya untuk membagi kisah tentang kehidupan yang dialami penulis dan menyalurkannya kepada pembaca untuk ikut merenungi makna dari puisi tersebut.
Selain diksi, majas dan kata kongkret adapula bentuk imaji/pencitraan,. Bentuk imaji yang tampak dalam puisi ini merupakan Imaji perasaan terdapat pada larik pertama, akankah kita masih ragu. Imaji penglihatan terdapat pada larik ke empat, bayangkan saja. Imaji gerakan terdapat pada larik ke-11 dan ke-12, yang khusyuk dijatuhkan diatas telapak tangan. Imaji pendengaran, terdapat pada larik kesembilan, diceritakan bagaimana.
Dalam puisi tentulah ada persamaan bunyi atau biasa disebut rima. Dalam puisi ini terdapat persamaan bunyi pada bait pertama ( a-b-b) dan bait ketiga (a-b-b). Yang biasa disebut dengan rima rangkai.
Unsur selanjutnya adalah perwajahan (tipografi).  Dalam puisi ini  berbentuk mempunyai tata wajah yang menggunakan huruf kecil semua dan ada beberapa menggunakan tanda baca.
Setelah memaparkan semua unsur intrinsik puisi diatas, selanjutnya kita akan memasuki ranah unsur ekstrinsik yang terdiri dari tema, rasa, nada(suasana) dan amanat.
Telah dijelaskan pada awal paragraf, bahwasannya tema yang diangkat adalah tentang kita yang masih sering ragu dengan ketetapan Tuhan tentang takdir kita. Seolah-olah penulis ingin membawa kita untuk merenungi kehidupan ini. Selanjutnya, tema dalam puisi ini menyiratkan perasaan yang penuh penyesalan dan kepasrahan serta kesadaran.
Adapun suasana yang tergambar dalam puisi ini adalah kegelisahan dan perenungan, jelas sekali dirasakan pada awal, tengah dan akhir puisi. Suasanya tetap sama ketika puisi tersebut dibaca. Sehingga mampu membawa pembacanya terhanyut kedalam puisi tersebut dan seolah-olah merasakan untuk merenung.
Akhirnya, dalam puisi pasti memiliki amanat atau pelajaran yang dapat kita ambil. Puisi ini menyiratkan amanat bahwa sesungguhnya dalam kehidupan ini kita tidak boleh ragu tentang takdir yang terjadi dalam hidup kita. Arena tuhan sudah memberikan takdir kepada kita jauh sebelum kita dilahirkan di dunia. Sebagai manusia kita hanya bisa berdoa,  berusaha, iklas, penuh penyerahan dengan kebulatan hati dan sungguh-sungguh senuh kerendahan hati untuk menjalani hidup ini yang sudah digariskan oleh Tuhan.
          
BAB III
PENUTUP

A.       Simpulan
Puisi “Persaan Sepenuh Matematika” Karya Setia Naka Andrian ini, menggunakan pendekatan mimetik, pragmatik, ekspresif dan objektif. Secara keseluruhan isi puisi ini adalah sebuah perenungan untuk diri kita terhadap keraguan yang masih sering kita lakukan kepada takdir dan ketetapan Tuhan. Kita sebagai manusia seharusnya bersyukur dan menjalani hidup dengan sebaik-baiknya tanpa menghakimi ketetapan-Nya. Terlepas dari cara pengarang/penulis mengekspresikannya sebenarnya dalam puisi ini kita diajak untuk sadar dan merenungi betapa hebat ciptaan Tuhan dan rencana-Nya. Bahkan kehidupan dan takdir kita sudah ditulis sejak kita masih di dalam kandungan. Meskipun puisi ini ditulis dengan bahasa yang sederhana tetapi memiliki arti yang begitu dalam.

B.       Saran
Kajian puisi sebagai bentuk kita dalam mengapresiasi terhadap suatu karya. Sebagai pembaca sudah seharusnya tidak hanya untuk menikmati dan membaca saja. Ada baiknya jika kita belajar untuk mengkaji sebuah puisi. Supaya kita tahu makna dan arti di dalam puisi tersebut kita juga dapat mengambil amanat dan pesan penulis kepada pembacanya. Sehingga dapat ersampaikan dengan baik.
Selain itu, dalam proses mengkaji puisi memerlukan pemahaman dan penguasaan lebih terhadap pendekatan yang digunakan, unsur-unsur yang terkait dengan analisis struktur puisi, dan realitas terhadap karya sastra tersebut. Oleh karena itu, setiap individu sebelum memulai mengkaji hendaknya mencari contoh-contoh dari pengaplikasiaan demi menguatkan pemahaman teori-teori yang menjadi dasar penelitian.

DAFTAR PUSTAKA


1.      Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
2.      Wellek, Rene, Austin Warren. 1993. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
3.      Baligh, Muhammad Jammal. 2014. “Makalah Pendekatan Mimetik.” Diakses pada tanggal 17 Mei 2016.  http://mjbrigaseli.blogspot.co.id/2014/03/makalah-pendekatan-mimetik.html
4.      Andiriaseyo. 2015. “Teori Abarams.” Diakses pada tanggal 17 Mei 2016. http://andiriaseyo.blogspot.co.id/2015/02/teori-abrams.html