Selasa, 31 Mei 2016

Kajian Puisi "Mengkaji Puisi Perasaan Sepenuh Matematika Karya Setia Naka Andrian"



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Di dalam sastra ada sebuah hubungan yang sangat erat antara apresiasi, kajian dan kritik sastra karena ketiganya merupakan tanggapan terhadap karya sastra. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan juga dapat dikatakan sebagai hasil pemikiran manusia tentang penggambaran kenyataan yang berisi ilmu berbagai pengetahuan di dunia. Sastra tidak hanya terkait dalam satu bidang ilmu tetapi juga mencakup beberapa bidang ilmu yang dapat menjadi satu kesatuan. Karena itu, karya sastra dapat dikaji dengan menggunakan berbagai bidang ilmu.
Puisi termasuk salah satu bentuk karya sastra. Puisi adalah sebagai alat pengungkapan pikiran dan perasaan atau sebagai alat ekspresi. Karya sastra merupakan bentuk komunikasi antara sastrawan dengan pembacanya. Apa yang ditulis sastrawan dalam karya sastranya adalah sesuatu yang ingin diungkapkan pada pembaca. Dalam penyampaian idenya tersebut sastrawan tidak bisa dipisahkan dari latar belakang dan lingkungannya. Dengan adanya kajian puisi, peminat sastra dapat melakukan analisis yaitu membedah karya-karya puisi yang dibacanya. Sehingga unsur-unsur yang menyusun puisi tersebut dapat diketahui. Juga rangkaian hikmah yang ada di dalamnya. Dalam studi sastra ada sejumlah pendekatan yang dapat diterapkan oleh penelaah sastra. Bila kita bertolak dari empat cara pandang terhadap karya sastra seperti yang ditawarkan Abrams (1979:6) mengemukakan dalam komunikasi antara sastrawan dan pembaca tidak akan terlepas dari empat situasi sastra, yaitu: karya satra, sastrawan, semesta, dan  pembaca. Maka empat cara pandang itu menghasilkan empat pendekatan, yakni pendekatan obyektif, pendekatan ekspresif, pendekatan mimesis, dan pendekatan pragmatis.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan empat pendekan dari teori Abrams?
2.      Bagaimana kajian puisi yang berjudul “Perasaan Sepenuh Matematika” karya Setia Naka Andrian, yang menggunakan empat pendekatan teori Abrams?

C.       Tujuan dan Manfaat
1.      Untuk memeberi pengetahuan dan wawasan kepada smahasiswa tentang empat pendekatan menggunakan teori Abrams.
2.      Untuk melatih mahasiswa dan memberikan pengetahuan tentang mengkaji suatu karya sastra yang menggunakan teori Abrams




BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Empat Pendekatan Teori Abrams
Salah satu tokoh teori sastra yang sangat berpengaruh adalah M.H. Abrams. Dalam artikelnya yang berjudul Orientation of Critical Theory  Abrams mencoba menawarkan satu kerangka berpikir untuk memahami proses penciptaan satu karya. Kerangka tersebut terdiri dari artis/seniman, karya, semesta, dan penikmat seni/audience. Untuk memudahkan analisis tersebut Abrams mengacak keempat elemen tersebut ke pola segitiga di mana karya seni berada di tengah sebagai hal/objek yang akan dijelaskan.
1.    Pendekatan Mimetik
Secara esensial, teori mimetik melihat bahwa karya seni adalah imitasi dari alam semesta. “The Mimetic Orientation- the explanation of art as essentially an imitation of aspects of the universe”. Teori ini bersumber dari pikiran Plato dan Aristoteles. Menurut Abrams teori ini merupakan teori yang paling primitif. Pendekatan mimetik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap hubungan karya sastra dengan kenyataan di luar karya sastra (Abrams, 1981: 189). Sastra sebagai dokumen sosial. Kenyataan manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah kenyataan yang telah ditafsirkan sebelumnya dan yang dialaminya secara subjektif sebagai dunia yang bermakna dan kohern. Hubungan antara seni dan kenyataan merupakan interaksi yang kompleks dan tak langsung, yang ditentukan oleh konvensi bahasa, konvensi sosio-budaya, dan konvensi sastra. (Teew, 1984: 224-229).

2.    Pendekatan Pragmatik
Pendekatan Pragmatik menurut Abrams menekankan pada tujuan seniman dan karakter karya yang sifat dasarnya untuk memenuhi kebutuhan dan kesenangan penikmatnya (audience). “The Pragmatic orientation, ordering the aim of the artist and the character of the work to the nature, the need, and the springs of pleasure in the audience”, karena karakteristik tersebut, pendekatan pragmatik tersebar luas sampai dengan abad delapan belas. 
3.    Pendekatan Ekspresif
Menurut Abrams hampir semua aliran romantik di Inggris, mengungkapkan definisi yang menunjukan persamaan atau kesajajaran antara karya dan penyair. Puisi adalah luapan, ungkapan, atau sorotan dari pikiran dan perasaan penyair. Puisi merupakan proses imajinasi yang diubah dan dikumpulkan dari gambaran, pikiran dan perasaan penyair.
Dengan kata lain, menurut Abrams di dalam teori ekspresif seniman menjadikan dirinya sendiri sebagai element terpenting. “This way of thinking, in which the artist himself become the major element generating both the artistic product and the criteria by whic it is to be judge, I shall call the expressive theory of art”. Pada zaman romantik, pendekatan ekspresif merupakan pendekatan yang dominan dilakukan untuk menganalisis satu karya.   
4.      Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif pada prinsipnya memandang karya seni terpisah dari segala sesuatu yang berada di luar karya tersebut. Seni adalah karya seni itu sendiri, lepas dari segala faktor eksternal yang ada. Dalam melakukan analisis dengan sendirinya cukup dengan sesuatu yang sudah ada di dalam karya.“the objective orientation, ’which on principle regard the work of art in isolation from all these external points of reference, analyze it as a self-sufficient entity constituted by its parts in their internal relation, and sets out to judge it solely by criteria intrinsic to its own mode of being.” Pendekatan Objektif yang muncul pada akhir abad ke 18 dan awal abad ke-19, menjadi salah satu pendekatan yang diperhitungkan selama hampir 3 dekade.
B.       Kajian Puisi “Perasaan Sepenuh Matematika” Karya Setia Naka Andrian dengan menggunakan Teori Abrams.
Perasaan Sepenuh Matematika
Akankah kita masih ragu
Bagaimana tuhan menciptakanmu
Perasaan sepernuh matematika
Bayangkan saja,
Kita telah dihilang sejak
Dalam rencana kelahiran

Saat itu,
Di atas ubun-ubun kita
Diceritakan bagaimana
Takdir dan masa depan
Yang khusyuk dijatuhkan
Di atas telapak tangan

1.         Pendekatan Mimetik
Puisi ini yang menceritakan tentang sebuah pertayaan untuk diri kita yang masih sering ragu dengan takdir dan ketetapan tuhan. Bahwa kita hidup di dunia ini sudah ada yang mengatur, hidup itu ssebuah kepastiam. kita sebagai manusia biasa hanya bisa berdoa, berharap, dan merencanakan. Akan tetapi tuhanlah yang menentukan.
Hal ini bisa dilihat pada bait pertama
akankah kita masih ragu
bagaimana Tuhan menciptakan
perasaanmu  sepenuh matematika
Pada bait ke dua puisi “Perasaan Sepenuh Matematika” penyair menuliskan tentang bagaimana takdir dalam hidup kita sudah diatur sejak kita di dalam kandungan. Pada bait ke tiga puisi ini penyair menjelaskan lagi bahwa saat di dalam kandungan, kita sudah diceritakan dan ditulis tentang takdir dan masa depan kita, bagaimana kita akan hidup nanti, dan segala yang akan terjadi dalam hidup kita sudah ditentukan sejak lahir dengan penuh perhitungan.

Berdasarkan Kehidupan Nyata
Dalam kehidupan nyata terutama diajaran islam memang segala yang terjadi di dunia, baik itu manusia, tumbuhan, hewan, semuanya merupakan takdir dari Tuhan yang maha Esa.  Terutama manusia, takdirnya sudah dihitung sejak ada di dalam kandungan baik itu takdir hidup, mati, jodoh, rezeki, dan lain sebagainya, semua itu sudah direncanakan oleh Tuhan. Kita sebagai manusia hanya bisa berdoa untuk mendapatkan takdir yang baik. Amanat dari puisi untuk diri kita ssebagai umat manusia harus percaya terhadap takdir yang Tuhan berikan kepada kita. Kita tidak boleh meragukan takdir dari Tuhan.

2.         Pendekatan Pragmatik
Dilihat dari segi diksi dalam puisi “Perasaan Sepenuh Matematika” karya Setia Naka Andrian. Penggunaan kata atau gaya bahasa dalam puisi ini cukup mudah dipahami, serta pemilihan kata yang seperti ini dapat mendukung suasana yang penuh perenungan. Pemilihan kata ragu, bayangkan, saat itu, dan sebagainya masih mudah dipahami oleh pembaca puisi tersebut. Ini dibuktikan dengan bait pada puisi tersebut, yaitu  Akankah kita masih ragu dan Bayangkan saja.
Ditinjau dari segi citraan yang diperlihatkan pada puisi “Perasaan Sepenuh Matematika” karya Setia Naka Andrian ini menggunakan citraan perasaan yang dituangkan penyairnya, dan pembaca pun ikut merasakan citraan perasaan tersebut. Bila dilihat dalam puisi, citraan perasaan ditunjukkan pada bait pertama. Citraan yang ditunjukkan dalam puisi ini juga citraan yang dirasakan oleh indera penglihatan manusia, ini dibuktikan pada bait puisi yang berbunyi bayangkan saja. Selain itu juga ada citraan gerak pada bait keempat yang berbunyi yang khusyuk dijatuhkan.
Dilihat dari sudut pandang pembaca sebagai pembaca, puisi ini mempunyai makna yang menarik, yaitu adalah tentang kita yang masih sering ragu terhadap takdir Tuhan yang sudah direncanakan sejak di dalam kandungan. Dan takdir yang pasti sudah ditentukan Tuhan untuk kita.

3.         Pendekatan Ekspresif
a.     Biografi pengarang
Setia Naka Andrian, lahir di Kendal, 4 Februari 1989. Pendidikan formal diawali sejak ia berusia 4 tahun, diantaranya lulus TK Dahlia Sidorejo (1994), SDN Penjalin (2001), SMP N2 Brangsong (2004), dan SMA N2 Kendal (2007). Kemudian melanjutkan di Semarang, lulus Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) (2011) dan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang (2014). Lelaki kurus yang gemar melamun, bermusik, bersastra dan berteater ini tercatat berproses kreatif di Teater Gema, Teater Nawiji, Lembah Kelelawar, Rumah Diksi, Jarak Dekat, dan Majalah Oasis. Sempat bekerja di Majalah Gradasi, Koran Barometer, dan Majalah Ekspresi. Ia sempat mengajar Mapel Bahasa Indonesia di  SMK Yayasan Pharmasi Semarang (2014-2015), Bahasa Indonesia Keilmuan di Universitas Semarang (2014-2015), dan Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar di Universitas Terbuka Semarang (2014-2015). Kemudian mulai tahun ajaran 2015/2016  hingga sekarang, ia mengampu beberapa mata kuliah kesastraan di PBSI UPGRIS.
Karya-karyanya berupa Puisi, Cerpen, Opini dan Esai. Yang sudah dimuat di beberapa media lokal maupun nasional. Serta sempat menjuarai ajang lomba lokal maupun nasional. Beberapa puisinya dibukukan dalam antologi bersama, di antaranya Kursi Yang Malas Menunggu (2010), Beternak Penyair (2011), Merajut Sunyi, Membaca Nurani (2012), dan masih banyak lagi.

b.         Penafsiran Pemahaman Puisi
1) Pemilihan kata khas
a) Diksi
Diksi yang digunakan dalam puisi ini tidak terlalu sulit untuk dipahami. Pilihan kata dalam puisi ini terlihat biasa dan terkesan kata-kata yang digunakan dalam kesehariaannya. Tetapi arti katanya memiliki makna yang dalam. Walaupun dengan kata-kata yang biasa tapi pengarang memberikan makna yang dalam yang dapat sebagai bahan perenungan atas perasaan atau prasangka kita.
Pilihan kata seperti ragu dan bayangkan juga memberi kesan pada makna untuk kita sadar dan merenung. Pengarang mampu mengolah pilihan katanya sebaik mungkin walaupun dengan bahasa yang cukup biasa tapi mampu menghadirkan makna yang begitu dalam sebagai bahan perenungan.

2) Kata Konkret
Kata konkret merupakan kata-kata yang memilliki makna dan arti sama bila dilihat secara denotatif. Secara konotatif memiliki makna dan arti berbeda yang sesuai dengan situasi dan kondisi pemakainya. Kata-kata konkret pada puisi ini seperti terdapat pada kata:
Perasaanmu sepenuh matematika
Secara denotatif adalah sebuah persaan yang digambarkan seperti matematika. Secara konotatif adalah sebuah kehidupan yang pasti, sudah diperhitungkan, rumit dan jelas.
Yang khusyuk dijatuhkan
diatas telapak tangan
Secara denotatif sebuah kekhusyukan yang dijatuhkan diatas sebuah tangan. Secara konotatif adalah sebuah penyerahan dan kebulatan hati yang sungguh-sungguh pada takdir hidup yang dijalani.

3) Pengimajian
a)    Imaji perasaan terdapat pada larik pertama, akankah kita masih ragu.
b)   Imaji penglihatan terdapat pada larik ke empat, bayangkan saja.
c)    Imaji gerakan terdapat pada larik ke-11 dan ke-12, yang khusyuk dijatuhkan diatas telapak tangan
d)   Imaji pendengaran, terdapat pada larik kesembilan, diceritakan bagaimana.

4) Bahasa Figuratif
     Pada puisi ini terdapat majas perbandingan, merupakan majas yang membandingkan sesuatu dengan menggunakan kata-kata perbandingan. Seperti dalam larik ke tida di bait pertama perasaanmu sepenuh matematika.

5) Verifikasi
Rima dalam puisi ini termasuk dalam rima rangkai Apabila umpamanya baris pertama berima dengan baris keempat, baris kedua berima dengan baris ketiga. Rima ini terletak pada bentuk Soneta dengan rimaa – b – b – a  atau -a-b-b
Bagaimana tuhan mnciptakan
Perasaanmu sepenuh matematika
Asonansi yang berima adalah vokal-vokal yang menjadi rangka kata-kata, baik pada satu baris maupun pada baris-baris berlainan. Contoh :
Akankah kita masih ragu
Yang disebut asonansi ialah vokal-vokal a dan i pada kata-kata tersebut di atas. 

6) Tipografi
Tipografi disebut juga sebagai ukiran bentuk, ialah susunan baris-baris atau bait-bait suatu puisi. Puisi ini mempunyai tata wajah yang menggunakan huruf kecil semua dan ada beberapa menggunakan tanda baca.

7) Tema
            Tema yang diangkat pada puisi ini adalah kita sebagai manusia harus sadar tentang kehendak Tuhan, kita tidak boleh ragu atau menghakimi takdir yang Tuhan gariskan kepada kita
 
8) Nada dan Suasana
Nada dan suasana dalam puisi ini tentang sebuah perenungan ada unsur sedih dan penuh penyessalan.

9) Perasaan
Penuh penyesalan, kesadaran, perenungan dalam puisi “Perasaan Sepenuh Matematika”

10) Amanat
            Amanat yang dapat diambil dari puisi ini adalah kita harus sadar akan kehendak dan takdir tuhan. Sebagai manusia kita hanya bisa berdoa dan berusaha yang terbaik.

c.         Kajian Berdasarkan Tinjauan Psikologis/Kejiwaan Pengarang
Berdasarkan tinjauan psikologis pengarang, Setia Naka Andrian adalah seorang penyair, dosen, dan penyuka musik dan teater. Kaitannya dengan pembuatan puisi Perasaan Sepenuh Matematika ini merupakan bentuk dari pengalamannya dari suatu kejadian dan bentuk dari sebuah perenungan tentang kehidupan dialam sekitar. Karena banyak sekali orang yang tidak percaya terhadap takdir dan masih meragukan tuhannya. Jadi terciptalah puisi ini untuk menyadakan kita untuk ikhlas dan menjalani takdir sesuai yang digariskan. Kita hanya berdoa dan berusaha terus untuk melakukan yang terbaik. Dan serahkan hasiknya kepada Tuhan kita. Pada puisi ini tidak hanya mewakili perasaan dan pengalaman pengarang saja, tetapi juga mewakili perasaan semua pembaca. Puisi ini mengekspresikan sebuah perenungan untuk diri kita semua tentang memahami hidup.

4.         Pendekatan Objektif
Puisi “Perasaan Sepenuh Matematika” karya Setia Naka Andrian ini mengangkat tema tentang kita yang masih ragu dengan ketetapan Tuhan terhadap hidup kita. Seolah-olah pengarang sedang membawa kita untuk merenung karena kita yang masih sering memiliki keraguan. Pengarang menuliskan bahwa hidup sudah ada yang mengatur dan takdir kita sudah tertulis sejak kita masih di dalam kandungan. Puisi ini akan dikupas dengan pendekatan objektif melalui unsur intrinsik (lahir/fisik), ekstrinsik (batin) dengan semiotiknya.
Dalam ranah intrinsik, pengarang menyajikan sajak yang cukup indah dengan diksi/pilihan kata yang menarik dan bahasnya cukup sederhana. Penulis melukiskan perasaannya dengan pembawaan yang khas dan penuh pengindraan. Tertulis dalam bait petama.
 akankah kita masih ragu
bagaimana tuhan menciptakan
perasaanmu sepenuh matematika
Penulis mengungkapkan tentang keragu-raguan dengan kehendak dan takdir Tuhan yang penuh perhitungan dan kepastian.
Selain itu, penggunaan diksi yang indah, sajaknya pun tak lepas dari majas (bahasa figuratif) yang diungkapkan penyair dalam bait ke pertama baris ketiga, perasaanmu sepenuh matematika. Dalam larik baris tersebut ada sebuah
Dalam puisi ini juga memuat berbagai kata kongkret yang dikemas dengan baik dan menarik, seperti yang tertera dalam bait pertama baris ketiga dan bait ketiga pada baris ke lima. Mengungkapkan kebersediaan penyair terhadap objeknya untuk membagi kisah tentang kehidupan yang dialami penulis dan menyalurkannya kepada pembaca untuk ikut merenungi makna dari puisi tersebut.
Selain diksi, majas dan kata kongkret adapula bentuk imaji/pencitraan,. Bentuk imaji yang tampak dalam puisi ini merupakan Imaji perasaan terdapat pada larik pertama, akankah kita masih ragu. Imaji penglihatan terdapat pada larik ke empat, bayangkan saja. Imaji gerakan terdapat pada larik ke-11 dan ke-12, yang khusyuk dijatuhkan diatas telapak tangan. Imaji pendengaran, terdapat pada larik kesembilan, diceritakan bagaimana.
Dalam puisi tentulah ada persamaan bunyi atau biasa disebut rima. Dalam puisi ini terdapat persamaan bunyi pada bait pertama ( a-b-b) dan bait ketiga (a-b-b). Yang biasa disebut dengan rima rangkai.
Unsur selanjutnya adalah perwajahan (tipografi).  Dalam puisi ini  berbentuk mempunyai tata wajah yang menggunakan huruf kecil semua dan ada beberapa menggunakan tanda baca.
Setelah memaparkan semua unsur intrinsik puisi diatas, selanjutnya kita akan memasuki ranah unsur ekstrinsik yang terdiri dari tema, rasa, nada(suasana) dan amanat.
Telah dijelaskan pada awal paragraf, bahwasannya tema yang diangkat adalah tentang kita yang masih sering ragu dengan ketetapan Tuhan tentang takdir kita. Seolah-olah penulis ingin membawa kita untuk merenungi kehidupan ini. Selanjutnya, tema dalam puisi ini menyiratkan perasaan yang penuh penyesalan dan kepasrahan serta kesadaran.
Adapun suasana yang tergambar dalam puisi ini adalah kegelisahan dan perenungan, jelas sekali dirasakan pada awal, tengah dan akhir puisi. Suasanya tetap sama ketika puisi tersebut dibaca. Sehingga mampu membawa pembacanya terhanyut kedalam puisi tersebut dan seolah-olah merasakan untuk merenung.
Akhirnya, dalam puisi pasti memiliki amanat atau pelajaran yang dapat kita ambil. Puisi ini menyiratkan amanat bahwa sesungguhnya dalam kehidupan ini kita tidak boleh ragu tentang takdir yang terjadi dalam hidup kita. Arena tuhan sudah memberikan takdir kepada kita jauh sebelum kita dilahirkan di dunia. Sebagai manusia kita hanya bisa berdoa,  berusaha, iklas, penuh penyerahan dengan kebulatan hati dan sungguh-sungguh senuh kerendahan hati untuk menjalani hidup ini yang sudah digariskan oleh Tuhan.
          
BAB III
PENUTUP

A.       Simpulan
Puisi “Persaan Sepenuh Matematika” Karya Setia Naka Andrian ini, menggunakan pendekatan mimetik, pragmatik, ekspresif dan objektif. Secara keseluruhan isi puisi ini adalah sebuah perenungan untuk diri kita terhadap keraguan yang masih sering kita lakukan kepada takdir dan ketetapan Tuhan. Kita sebagai manusia seharusnya bersyukur dan menjalani hidup dengan sebaik-baiknya tanpa menghakimi ketetapan-Nya. Terlepas dari cara pengarang/penulis mengekspresikannya sebenarnya dalam puisi ini kita diajak untuk sadar dan merenungi betapa hebat ciptaan Tuhan dan rencana-Nya. Bahkan kehidupan dan takdir kita sudah ditulis sejak kita masih di dalam kandungan. Meskipun puisi ini ditulis dengan bahasa yang sederhana tetapi memiliki arti yang begitu dalam.

B.       Saran
Kajian puisi sebagai bentuk kita dalam mengapresiasi terhadap suatu karya. Sebagai pembaca sudah seharusnya tidak hanya untuk menikmati dan membaca saja. Ada baiknya jika kita belajar untuk mengkaji sebuah puisi. Supaya kita tahu makna dan arti di dalam puisi tersebut kita juga dapat mengambil amanat dan pesan penulis kepada pembacanya. Sehingga dapat ersampaikan dengan baik.
Selain itu, dalam proses mengkaji puisi memerlukan pemahaman dan penguasaan lebih terhadap pendekatan yang digunakan, unsur-unsur yang terkait dengan analisis struktur puisi, dan realitas terhadap karya sastra tersebut. Oleh karena itu, setiap individu sebelum memulai mengkaji hendaknya mencari contoh-contoh dari pengaplikasiaan demi menguatkan pemahaman teori-teori yang menjadi dasar penelitian.

DAFTAR PUSTAKA


1.      Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
2.      Wellek, Rene, Austin Warren. 1993. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
3.      Baligh, Muhammad Jammal. 2014. “Makalah Pendekatan Mimetik.” Diakses pada tanggal 17 Mei 2016.  http://mjbrigaseli.blogspot.co.id/2014/03/makalah-pendekatan-mimetik.html
4.      Andiriaseyo. 2015. “Teori Abarams.” Diakses pada tanggal 17 Mei 2016. http://andiriaseyo.blogspot.co.id/2015/02/teori-abrams.html










Tugas Kajian Prosa



SEKILAS KENANGAN MASALALU:
FENOMENA SOSIAL DAN EFEK KEJUT DALAM CERPEN
BERJUDUL ISENG KARYA A. MUSTAFA BISRI

Dwi Rizka P. (14410210/4E)
Universitas PGRI Semarang

Abstract
This invention aims to describe and explain the social phenomenon and suprise effects in the short story titled Iseng works of A. Mustafa Bisri. Social phenomenon contained in the short story is a picture of someone who had not been met someone who came from masalalunya. In addition, there is also an overview of the current long-lost many years the person comes first in our lives would've had a lot of other social perubahan. Fenomena are preachers in the capital city, can speak three to four times a day. This surprising effect in the short story is in the form of a question in the mind of the unexpected. At the end of the story of an old woman and fat is a love masalalu the protagonist, who now has changed so much not like before. Conclusion The results of this study meunjukan that A. Mustafa Basri through this short story about trying to depict that no one can determine what the change was. Because they live in the world already are set, including a change. besides this social phenomenon in the short story also contained its Islamic values ​​uyaitu mubalig habits in the city and in the village is different.
Keywords: social phenomenon, suprise effects

Abstrak
Penemuan ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tentang fenomena sosial dan efek kejut dalam cerpen berjudul Iseng karya A. Mustafa Bisri. Fenomena sosial yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah gambaran seseorang yang sudah lama tak bertemu dengan seseorang yang datang dari masalalunya. Selain itu, terdapat pula gambaran saat sudah lama berpisah bertahun-tahun lamanya orang yang dulu hadir dalam hidup kita pasti sudah memiliki banyak perubahan.fenomena sosial lainnya adalah mubalig di ibu kota ini, bisa berceramah sehari tiga sampai 4 kali. Efek kejut dalam cerpen ini adalah berupa pertanyaan dalam pikiran yang tidak terduga. Pada akhir cerita seorang wanita tua dan gemuk merupakan cinta masalalu si tokoh utama, yang kini sudah jauh berubah tidak seperti dulu. Kesimpulan hasil penelitian ini meunjukan bahwa A. Mustafa Basri melalui cerpennya ini berusaha menggambarkan tentang tidak ada yang dapat memastikan seperti apa perubahan itu. Karena hidup di dunia sudah ada yang mengaturnya, termasuk sebuah perubahan itu. selain itu fenomena sosial dalam cerpen ini juga terdapat nilai islaminya uyaitu kebiasaan mubalig di kota dan di desa itu berbeda.
Kata kunci: fenomena sosial, efek kejut


PENDAHULUAN

Proses kreatif yang dilakukan pengarang melalui karya sastra sangat mungkin berasal dari kehidupan sosial yang dekat dengan  kehidupan si pengarang. Kehidupan sosial biasanya diatur oleh institusi sosial yang ada dalam masyarakat. Meminjam istilah Wellek dan Warren (1977:109), sastra adalah “institusi sosial yang memakai medium bahasa.” Wellek dan Warren juga menyatakan karya sastra sebagai suatu yang “menyajikan kehidupan” dan kehidupan sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial walaupun karya sastra juga meniru “alam” dan dunia subjektif manusia. Kenyataan sosial yang disajikan dalam karya sastra biasanya mengambarkan kondisi sosial suatu masyarakat dengan jelas. Pengarang dalam mengungkapkan ide-idenya memilih sastra sebagai medianya. Karya sastra tersebut dapat berupa prosa, drama, atau puisi. Pengungkapan ide pengarang lewat puisi tentu akan berbeda dengan pengungkapan lewat drama.
               Cerpen “Iseng” karya A. Mustofa Bisri merupakan cerpen yang memiliki fenomena sosial yang sering terjadi dlam kehidupan manusia, dengan diselingi tentang keislaman. Dimana seorang tokoh aku adalah seorang mubalig atau penceramah atau bisa disebut orang yang sering berdakwah. Cerpen berjudul Iseng ini tak kalah menarik dengan cerpen-cerpen karya A. Mustafa Bisri lainnya. Meskipun tema dalam cerpen ini sederhana tetapi justru dapat sangat memikat pembaca. Karena pembaca akan merasa dekat dengan apa yang diceritakan dalam cerpen tersebut apalagi ada nafas islami di dalamnya.
Penulis A. Mustafa Bisri merupakan sosok penulis yang sering menyentuhkan islam dalam setiap karyanya. Dalam kumpulan cerpennya Lukisan Kaligrafi semua bernafaskan islam. A. Mustafa Basri adalah seorang Kiyai, penyair, novelis, pelukis, budayawan dan cendekiawan muslim, ini telah memberi warna baru pada peta perjalanan kehidupan sosial dan politik para ulama. Ia kiyai yang bersahaja, bukan kiyai yang ambisius. Ia kiyai pembelajar bagi para ulama dan umat. Pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah.  Sehingga selalu ada pesan-pesan yang sangat islamik dalam setiap karyanya. Karya karyanya yaitu Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1991,1994), Tadarus, Antalogi Puisi (Prima Pustaka Yogya, 1993), Mutiara-mutiara Benjol (Lembaga Studi Filsafat Islam Yogya, 1994), Rubaiyat Angin dan Rumput (Majalah Humor dan PT. Matra Media, Cetakan II, Jakarta, 1995),  Pesan Islam Sehari-hari (Risalah Gusti, Surabaya, 1997), kumpulan cerpen Lukisan Kligrafi. Salah satu cerpennya yang berjudul Iseng ini sangat menarik untuk diteliti, karena terdapat fenomena-fenomena sosial yang sering terjadi dalam cerpen tersebut.

Rumusan Masalah
Berdasarkan pendahuluan di atas, dapatlah dibuat rumusan masalah sebagai berikkut
1.      Bagaimanakah gambaran fenomena sosial dalam cerpen Iseng karya A. Mustafa Basri?
2.      Bagaimanakah gambaran efek kejut dalam cerpen Iseng karya A. Mustafa Basri?

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini secara khusus adalah:
1.      Mendeskripsikan fenomena sosial dalam cerpen Iseng karya A. Mustafa Bisri.
2.      Mendeskripsikan efek kejut dalam cerpen Iseng karya A. Mustafa Bisri.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagi dosen-dosen bahasa dan sastra Indionesia, hasil penelitian ini dapat dijadikan penelitian cerpen A. Mustafa Bisri dari sudut pandang realis
2.      Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau langkah awal dalam meneliti sebuah cerpen-cerpen Karya A. Mustafa Bisri.

Sumber Data
            Sumber data penelitian diambil dari kumpulan cerpen Lukisan Kaligrafi karya A. Mustafa Bisri yang berjudul Iseng, sedangkan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kutipan atau penggalan teks yang berada dalam buku maupun internet yang menyangkut fenomena sosial dan efek kejut.

Metode dan Teknik Penilaian
            Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu mendeskripsikan fenomena sosial dan efek kejut dlam cerpen Iseng karya A. Mustafa Bisri tersebut. Teknik penelitian yang digunakan adalah teknik study pustak, yaitu melengkapi dan mendasari kajian dan analisis cerpen dengan literatur pustaka yang lengkap. Teknik penelitian lainnya yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis isi.



Kerangka Teori
a.      Fenomena Sosial
Fenomena sosial dalam penelitian ini dapat disamakan dengan kritik sastra. Kritik  sastra memiliki korelasi yang erat dengan perkembangan kesusastraan. Menurut Hardjana (1981), kritik sastra merupakan sumbangan yang dapat diberikan oleh para peneliti sastra bagi perkembangan dan pembinaan sastra. Hal senada juga diungkapkan oleh Pradopo (1993), bahwa untuk bisa menentukan bagaimana sesungguhnya perkembangan kesusastraan Indonesia, dibutuhkan suatu kritik.
Dalam kaitan ini, sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertolak dari orientasi kepada semesta, namun bisa juga bertolak dari orientasi kepada pengarang dan pembaca. Menurut pendekatan sosiologi sastra, karya sastra dilihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan. Kenyataan di sini mengandung arti yang cukup luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra.Telaah suatu karya sastra menurut Watt (2001) akan mencakup tiga hal, yakni konteks sosial pengarang, sastra sebagai cermin masyarakat, dan fungsi sosial sastra.
Demikian pula obyek karya sastra adalah realitas kehidupan, meskipun dalam menangkap realitas tersebut sastrawan tidak mengambilnya secara acak. Sastrawan memilih dan menyusun bahan-bahan itu dengan berpedoman pada asas dan tujuan tertentu. Goldmann (1980) mengatakan, bahwa sastrawan menganalisis “data” kehidupan sosial, memahaminya dan mencoba menentukan tanda yang esensial untuk dipindahkan ke dalam karya sastra.
Sastra mengambil sebagian besar karakternya dari bahasa, namun bentuk dan isi novel lebih banyak berasal dari fenomena sosial daripada dari seni lain, terkecuali film. Novel seringkali merupakan ikatan dengan momentum tertentu dalam peristiwa sejarah masyarakat. Goldmann (1980) mengatakan, bahwa karya sastra merupakan analisis estetis dan sintesis sebuah realitas tertentu dan novelis senantiasa melakukan analisis dan sintesis sebelum memulai menulis.
Paradigma sosiologi sastra berakar dari latar belakang historis dua gejala, yaitu masyarakat dan sastra: karya sastra ada dalam masyarakat, dengan kata lain, tidak ada karya sastra tanpa masyarakat. Sosiologi sastra, meskipun belum menemukan pola analisis yang dianggap memuaskan, mulai memperhatikan karya seni sebagai bagian yang integral dari masyarakat. Tujuannya jelas untuk memberikan kualitas yang proposional bagi kedua gejala: sastra dan masyarakat. Demikianlah, pendekatan sosiologi sastra menaruh perhatian pada aspek dokumenter sastra, dengan landasan suatu pandangan bahwa sastra merupakan gambaran atau potret fenomena sosial. Pada hakikatnya, fenomena sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasikan. Oleh pengarang, fenomena itu diangkat kembali menjadi wacana baru dengan proses kreatif (pengamatan, analisis, interpretasi, refleksi, imajinasi, evaluasi, dan sebagainya) dalam bentuk karya sastra.
Sastra menyajikan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat dengan orang-orang, antarmanusia, antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Maka, memandang karya sastra sebagai penggambaran dunia dan kehidupan manusia, kriteria utama yang dikenakan pada karya sastra adalah “kebenaran” penggambaran, atau yang hendak digambarkan. Namun Wellek dan Warren mengingatkan, bahwa karya sastra memang mengekspresikan kehidupan, tetapi keliru kalau dianggap mengekspresikan selengkap-lengkapnya. Hal ini disebabkan fenomena kehidupan sosial yang terdapat dalam karya sastra tersebut kadang tidak disengaja dituliskan oleh pengarang, atau karena hakikat karya sastra itu sendiri yang tidak pernah langsung mengungkapkan fenomena sosial, tetapi secara tidak langsung, yang mungkin pengarangnya sendiri tidak tahu. Karya sastra dapat juga mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang kadang-kadang kurang jelas dalam masyarakat.
Pada hakikatnya seorang sastrawanpun adalah bagian dari masyarakat. Oleh sebab itu, sastrawanpun tak dapat lepas dari status sosial tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang mempergunakan bahasa sebagai mediumnya; dan bahasa adalah adalah salah satu ciptaan sosial. Tak jarang, karya sastra merupakan cerminan atau pantulan hubungan sosial individu dengan individu lain, atau anatara individu dengan masyarakat.
Sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sudah sejak dulu, karya sastra dikenal dalam beberapa tinadakan sosiokultural masyarakat seperti pada upacara keagamaan, ilmu gaib, pekerjaan sehari-hari atau permainan. Ketika membaca sebuah karya sastra, mungkin kita akan merasakan kenikmatan seperti kita sedang melakukan permainan. Atau bahkan kita akan merasakan ketenangan seperti setelah melakukan upacara keagamaan, ataupun karena dalamnya kita dalam membaca sebuah karya sastra, kita akan lebih mudah dalam menjalani pekerjaan sehari-hari. Sastra bisa mengandung gagasan yang mungkin  dimanfaatkan untuk menumbuhkan sifat sosial tertentu, atau bahkan untuk mencetuskan peristiwa sosial tertentu.
Fenomena sendiri adalah rangkaian peristiwa serta bentuk keadaan yang dapat diamati dan dinilai lewat kaca mata ilmiah atau lewat disiplin ilmu tertentu. Fenomena sosial adalah gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dan dapat diamati dalam kehidupan sosial. Fenomena sosial terjadi ketika manusia menganggap segala sesuatu yang dialaminya adalah sebuah kebenaran absolut. Menurut Soerjono Soekanto, fenomena atau masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok sosial.

b.      Efek Kejut
berdasarkan asal katanya, efek kejut barasal dari bahasa Inggris, yaitu Suprise. Suprise berarti mengherankan (Masrur, M. H., Tt 146) yang menyebut efek kejut sebagai kejutan. Kejuatan menurut mereka adalah keheranan batin karena lanjutan cerita atau lakon tidak sesuai dengan dugaan pembaca. Kejutan dan tegangan mendukung keberhasialn alu. Plot sebuah cerita yang menarik, di samping mampu membangkitkan Suspense, rasa ingin tahu pembaca, juga mampu memberikan suprise (kejutan), sesuatu yang bersifat mengejutkan.




ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Fenomena Sosial
Fenomena sosial dalam cerpen Iseng ini adalah sebagai berikut. Tokoh Mus dalam cerpen ini berprofesi sebagai mubalig atau pendakwah. Dia diundang untuk mengisi sebuah majlis taklim di jakarta. Dia pun diberi penginapan disebuah hotel berbintang. Saat datang ke Jakarta tokoh Mus lebih memilih menaiki kereta dibandingkan dengan bus. Karena biasanya supir bus sering ugal-ugalan dijalan. Fenomena sosial ini sering terjadi pada setiap orang, ketika berpergian mereka lebih senang menggunakan angkutan yang nyaman dan tidak merasa was-was saat menaikinya.
Fenomena sosial selanjutnya adalah ketika tokoh Mus, iseng melihat daftar  nomor-nomor telepon dan pemiliknya. Dia menemukan sebuah nama yang sangat di kenalnya yaitu Syahrazad Nurul Jannah. Seorang perempuan yang dulunya sangat dicintai oleh Mus, perempuan yang anggun dan penuh perhatian. Dalam kehidupan sehari-hari kita juga menemui hal-hal seperti ini yaitu saat-saat kita mengingat atau menemukan orang yang dulu pernah ada dalam hidup kita. Tokoh Mus pun teringat tentang masalalunya bersama syahrazad, dulu dia sering bertemu dengan perempuan itu ketika di KBRI. Kebetulan mereka adalah mahasiswa di kairo mesir. Padan suatu ketika syahrazad meminta Mus untuk menemaninya ke Zaqaziq, yaitu sebuah kota kecil di wilayah timur Mesir.  “Jadi kau sungguh-sungguh bersedia mengantarkanku ke Zaqaziq besok pagi?” dan Mus pun menjawab “Jam berapa aku harus menjemputmu di Nasr City?” Dalam kutipan tersebut digambarkan bahwa Mus bersedia mengantarkan Syahrazad ke Zaqaziq. Dan Mus sangat senang karena dialah yang diajak oleh Syahrazad. Mus memang diam-diam sudah menyukai Syahrazad sejak lama. Dalam perjalanan tokoh Mus terus memperhatikan Syahrazad, perempuan itu pun sadar jika diperhatikan. Pada saat itu pula Mus akhirnya jujur tentang perasaannya terhadap Syahrazad. Berikut dalam kutipannya “kau menyukaiku, ya” tiba-tiba suaranya menyambarku........”Ya, sejak lama.” Dan hampir aku tidak percaya.... Dari penggalan kutipan tersebut dalapat dilihat betapa tokoh Mus mencoba jujur tentang perasaannya meskipun Syahrazad yang duluan menanyainya. Hal ini sering kali terjadi pada kehidupan sekarang dimana seorang perempuan tanpa sungkan menanyakan perasaan seorang laki-laki yang sering memperhatikannya. Selain itu, seorang laki-laki terkadang hanya bisa memperhatikan perempuan yang diam-diam disukainya tanpa mengatakan apa-apa. Fenomena sosila ini memang seringkali terjadi dalam kehidupan nyata. Kisah cinta diam-diam kepada lawan jenis.
Fenomena sosial selanjutnya adalah ketika tokoh Mus yang akan mengisi ceramah. Namun, dia mendapat giliran terakhir kali karena biasanya mubalig dari kota berceramah sehari tiga-empat kali. Sebenarnya memang mubalig kota dan desa biasanya memiliki jadwal ceramah yang berbeda. Di kota seorang mubalig bisa mengisi ceramah di berbagai tempat dan bisa lebih dari dua tempat. Waktu berceramahpun tidaklah lama hanya menghabiskan satu sampai dua jam. Hal ini berbeda dengan di luar kota khususnya pedesaan, seorang penceramah biasanya hanya mengisi satu tempat, maksimal dua tempat itu pun dibagi menjadi siang dan malam. Waktu yang digunakan saat berceramah juga lebih panjang. Selai itu, fenomena sosial yang terjadi dalam cerpen ini, si tokoh Mus tersebut agak terkaget-kaget mendengar dua orang berceramahmenghantam kanan kiri seperti tanpa beban. Dia terinagt pernah membaca sebuah tablig Rosulullah SAW yang satun dan lembut dan tak pernah menunjuk hidung atau yang lainnya. Fenomena sosial ini juga sering terjadi pada masyarakat kita, yang berprofesi sebagai pendakwah. Namun memang cara orang berdakwah setiap individu berbeda-beda. Namun alangkah baiknya jika saat berdakwah menggunakan bahasa yang santun dan lembut. Hal ini juga sebagai sindiran halus dari seorang penulis untuk para pendakwah agar lebih memperbaiki cara berdakwah yang baik dan benar.


Efek Kejut
Berdasarkan pembacaan atas karya sastra yang berjudul Iseng karya A. Mustafa Bisri dapat diketahui efek kejut dalam kutipan dibawah ini.
a.       Pada alenea ke-17
            ......Sampai suatu saat persis ketika aku hendak melangsungkan pernikahan dengan istrikuyang sekarang- suratnya datang dari cairo. Dia mendengar aku akan menikah dan dia menyampaikan selamat.dia mengabarkan bahwa dia akan baru akan pulang ke Jakarta tahun depan.yang membuatku tesentak , dalam suratnya itu dia juga menulis, dalam bahasa Arab, bahwa sebenarnya dia sudah lama mencintaiku. Namun, meskipun aku sendiri menyukainya ketika mengantarkannya ke Zaqaziq, dia tidak berani berterus terang karena dia pun melihat aku baik dengan siapa saja. Pengakuannya ditutup dengan ungkapan yang tidak biasa. Sangat romantis.”Izinkanlah aku mengucapkan sekali saja dan untuk yang terakhir kali kata-kata yang sejak lama ingin aku katakan padamu dan selama ini hanya aku pendam dalam dadaku: ‘kekasihku, aku mencintaimu!’” Syahrazad, Syahrazad, ternyata perasaan dan sikap kita sama!
            Efek Kejutnya terdapat pada pernyataan  bahwa sebenarnya dia sudah lama mencintaiku. Namun, meskipun aku sendiri menyukainya ketika mengantarkannya ke Zaqaziq, dia tidak berani berterus terang karena dia pun melihat aku baik dengan siapa saja. Ternyata selama ini Syahrazad juga mencintai Mus. Namun, Syahrazad tidak berani mengungkapkan karena Mus baik pada siapapun begitu pun sebaliknya Syahrazad, baik kepada siapapun.  Di tutup dengan kalimat  Syahrazad, Syahrazad, ternyata perasaan dan sikap kita sama!
Kalimat tersebut menjelaskan bahwa sikap dan perasaan kedua tokoh tersebut sama. Meskipun pada akhirnya Mus menikah dengan orang lain.tetapi setidaknya mereka sudah jujur perasaannya tentang masing-masing.

b.      Pada alinea ke-22
.....”pembicara ketiga, mubaligah yang kita nanti-nantikan, Ustadzah Dra
Hajjah Syahrazad Nurul Jannah, M.A. kepada beliau waktu dan tempat kami persilahkan!” aku terkejut setengah mati mendengarnya. Lebih terkejut lagi ketika wanita tua dan gemuk itu bangkit naik mimbar. Dari tempat dudukku di depan mimbar aku memperhatikan mubaligah itu tanpa berkedip. Benarkah dia? Aku mencoba mencari-cari di wajahnya yang bergelambir, barangkali sesuatu dapat mengingatkanku kepada Syahrazadku yang dulu, tapi sia-sia. Aku justru tersadar bahwa kami sudah berpisah dan tak saling bertemu selama 30 tahun lebih. Subhanallah!
            Efek kejut dalam penggalan cerpem tersebut, adalah tokoh Mus yang kaget dengan perubahan Syahrazad. Yang dulu anggun dan cantik, kini sudah tua dan gemuk. Selain itu, ternyata tokoh Mus tersadar bahwa mereka sudah berpisah lebih dari 30 tahun. Sudah banyak yang berubah tentu saja. Dalam bait terkahir menyadarkan kita bahwa semua pasti akan berubah, apalagi setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Efek kejut yang ditulis oleh penulis diakhir cerita, sangat bagus dan endingnya tidak di luar ekspektasi pembaca.



KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
            Cerpen Iseng karya A. Mustafa Bisri memang mengandung fenomena sosial dan efek kejut. Fenomena sosial yang ada dalam cerpen tersebut memang terjadi dan mungkin masih terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Efek kejut dalam cerpen tersebut merupakan sebuah proses kreatif dari pengarang, dalam melakukan menceritakan masalalu yang manis serta dibumbui dengan sentuhan keislaman. Sehingga secara keseluruhan cerpen ini sangat bagus untuk di baca.

Saran
            Bagi para peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat ditindaklanjuti dengan konsep penelitian yang lebih luas dan mendalam. Seorang peneliti juga dapat menganalisis cerpen dengan sudut pandang yang berbeda sehingga semakin sempurnalah sebuah analisis penelitian dari cerpen Iseng karya A. Mustafa Bisri ini.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Bisri, A. Mustofa. 2003. Lukisan Kaligrafi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
2.      Nugrahayu, Indra, Taufik,. 2011. Panduan Apresiasi dan Kajian Prosa Fiksi Indonesia: Baleendah.
3.      Wellek, Rene, Austin Warren.1993. Teori Kesusastraan. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia
4.      Kusumah, Wijayah. 2010. “Sosiologi Sastra.”  Diakses pada tanggal 26 Mei 2016. ttps://wijayalabs.wordpress.com/2010/04/30/sosiologi-sastra/
5.      Hardyansyah, Sopyan. 2012. “Contoh Analisis Cerpen.” Diakses pada tanggal 26 Mei 2016. http://boy-creative.blogspot.co.id/2012/03/contoh-analisis-cerpen.html