Jumat, 17 April 2015

Cerpen CBSA

CBSA   ( Cinta Bersemi Sesama Aktifis)

Tuttt……tuuttttttt……..
Jam  istirahat  berbunyi, meskipun terdengar sederhana namun mampu menyedot  perhatian para siswa karana bagi mereka jam  istirahat adalah segalanya dan tak terduakan. bahkan mereka  rela berdesakan  di kantin hanya untuk memberi  makan cacing-cacing  yang  berteriakan di perut yang sedari tadi berbunyi.  Yah… itulah yang di rasakan siswa jika sedang laparrrr  berat!!!. Namun,  kebiasaan  siswa yang satu ini  sangatlah berbeda di antara siswa yang lain . Jika teman-teman yang lain ke kantin saat  istirahat ataupun jam pelajaran kosong dia lebih memilih menghabiskan  waktunya di perpus atau di mushola.
  Zahra………..!!!!!” teriak cewek yang  berambut panjang  yang di potong  segi dan memakai rok selutut dengan  sepatu  tanpa bertali. Sontak  teriakan   yang   super  maut  mampu menarik mata-mata di sekelilingnya.
 “ya ampun  Dea kamu panggil aku kaya  panggil maling aja.” omel  cewek  yang  bernama Zahra itu.
“hehe biasa aja…. habis sudah kebiasaan sih hehe
“De lebih baik  sekarang kamu ubah deh sikapmu  malu tau diliat  seluruh sekolahan karena suaramu itu”
  okke!!  udah  non ceramahnya , perasaan kamu sudah sering deh ngomong  seperti itu”  bantah Dea dengan senyum jailnya.
“huh.. terserah deh…” itulah  kebiasaan  Zahra jika dia capek  berdebat dengan  sahabatnya  yang satu ini . Dea dan  Zahra  sangatlah berbeda, Zahra dia tampak anggun dengan  jilbabnya, sedangkan Dea masih terlihat centil  dengan rok selututnya. Namun, begitulah persahabatan mereka meskipun mereka berbeda tetapi  keduanya begitu  dekat dan akrab.

Tuttt…..tuuuttt….
“eh Ra kamu hari ini ikut pengajian  rohis  nggak?”  Tanya Dea saat jam pulang berbunyi.
 “iya, emang kenapa?” jawab Zahra heran tumben Dea tanya begitu.
 “nggak sih nggak kenapa-napa  boleh nggak aku ikut?”
“beneran kamu mau ikut? hahaha..”  Zahra tertawa, benar benar heran dengan sikap sahabatnya ini.
“ih kamu malah ketawa  sih kalau  nggak  boleh ikut ya udah” rengut Dea.
“hemmmm  gitu aja cemberut iya deh boleh lagian, siapa aja boleh ikut pengajian  asalkan niatnya baik”.   Zahra pun tersenyum kali ini melihat Dea seperti anak kecil yang dikasih mainan sangat  kegirangan.
”iya dong niat gue baik kok” senyum Dea pun mengembang,  sebenarnya dihatinya hanya ingin bertemu dengan ketua Rohis yang cakep plus pinter banget.  Yang  menjadi idola seluruh cewek yang ada di sekolah ini. Sayangnya cowok itu dingin dan cuek . Tetapi,  bagi para cewek spesies Dea cowok seperti itu bikin penasaran setengah mati. Apalagi kalau nyebut namanya Azzam Alfarizi pasti deh bikin merinding.
Saat Dea dan Zahra menuju aula tempat pengajian di laksanakan,  tiba-tiba terkejut mendengar suara seseorang di belakang mereka.
 “assallamu’alaikum.. Zahra, Dea” salam  pemilik suara yang bikin hati bergetar itu siapa lagi kalau bukan cowok ganteng yang bernama Azzam.
“wangalaikumsalam... eh  Azzam” ucap Zahra dan Dea berbarengan  yang dibalas senyum oleh Azzam.
 “ oh ya Ra minggu depan kan ada kegiatan Baksos, kamu sudah buat proposalnya belum? Kata indah kamu yang buat proposal nya.” 
“iya Zam,  aku sudah membuatnya tapi  maaf  belum selesai, insyaalloh lusa baru selesai.”
“Alhamdulillah kalau sudah dikerjakan, tidak apa-apa kalau belum selesai aku cuma ngecek saja, siapa tahu kamu lupa soalnya aku perhatikan akhir-akhir ini kamu sibuk.” 
“Makasih Zam, sudah mau mengingatkan. Tapi itu sudah jadi kewajibanku.”
“ Sama-sama sebagai teman kita harus saling mengingatkan bukan?” Azzam tersenyum, siapapun yang melihat senyum itu sudah di pastikan  hatinya akan  meleleh. Dea yang berada di tengah-tengah percakapan mereka hanya memandangi Azzam penuh minat tanpa suara seperti biasanya dia lakukan.
 “Sepertinya, pengajian akan segera di mulai.” Lanjut Azzam.
  Akhirnya mereka pun bergegas menuju aula. Azzam sudah berjalan kedepan mendahului Zahra dan Dea. Saat Azzam sudah berada agak jauh, kini giliran Dea yang ribet, dari tadi kerjaannya hanya memperhatikan  Azzam bicara sambil senyum-senyum genit.  Sekarang dia ngoceh mengagum-agumkan  sosok Azam.  “wah..... Azzam tuh ganteng banget, cool lagi aduh kayaknya aku beneran jatuh hati nih...”beribu kata-kata itu saja yang keluar dari bibir Dea yang membuat Zahra merasa risih karena tingkah sahabatnya itu.
                                                 ***
Pengajian pun berlangsung kali ini pengajian diisi oleh teman –teman dari iqra’ club, mereka mengisi pengajian dengan tema “virus merah jambu”. Seperti biasa para siswa putra dan putri dipisah,  siswa putra di sebelah kanan dan putri di sebelah kiri, diantaranya ada sket pembatas yang menggunakan kain. Tema kali ini memang sangat menarik  banyak siswa yang memperhatikan dengan baik isi tema tersebut. Apalagi di selingi dengan candaan-candan dari pengisi pengajian tersebut yang membuat para siswa jadi merasa tidak bosan. Setelah 2 jam akhirnya pengajian selesai.  Dea yang tadinya merasa tidak nyaman karena tidak memaki jilbab sendirian akhirnya pun merasa tertarik juga dengan pengajian tesebut.
Saat perjalanan pulang Dea masih mengobrol dengan tema yang sama yaitu Azzam.
 “ Zahra, ngomong-ngomong kok Azzam perhatian banget sama kamu ya, jangan.... jangan....dia suka lagi sama kamu...hahahaha.” ledek Dea yang di sambut cubitan halus namun mematikan dari Zahra.
”huh kamu nih kalau ngomong jangan asal deh, itukan bisa menimbulkan fitnah tahu? Astaghfirullah.. Dea...Dea...berapakali sih aku bil...”
      “Zahra, kan aku cuma bercanda lagian kalau kamu  nggak suka buat aku aja, aku mau  kok.” potong Dea sambil nyengir yang di sambut tatapan tajam dari Zahra.
      “Ya.. ya.. aku minta  maaf deh nona cantik yang paling solehah...” ucap Dea sambil mengangkat 2 jarinya  membentuk huruf  V, sepertinya Dea sungguh-sungguh pasalnya Zahra sepertinya mulai kesal dengan lelucon Dea yang sama sekali tidak lucu. Raut muka Zahra akhirnya berubah yang tadi tampaknya kesal dengan sahabatnya ini tapi sekarang dia tersenyum, senyum yang sangat manis.
     “makasih.. atas pujiannya  Dea ku sayang aku maafin, tapi lain kali jangan di ulangi lagi yah? Dan satu lagi jangan pernah membuat asumsi yang tidak benar tentang aku dan Azzam karena kita hanya teman oke.”  Dea sedikit lega karena temannya tidak jadi marah.
     “ Iya oke, jangan ngambek lagi dong cantik hehehe”
                                                          ***
          Diperempatan jalan Dea dan Zahra terpisah. Dea di jemput oleh ayahnya sedangkan Zahra tidak di jemput karena jarak rumahnya dan sekolah tidak terlalu jauh jadi ia lebih memilih jalan kaki. Tiba-tiba seorang cowok yang sedang mengendarai sepeda motor bermerek vixion berhenti tepat disamping Zahra dia membuka helm nya
       “assallamu’alaikum Ra?” sapa Azzam.
        “wangalaikum salam  Azzam???”  Zahra kaget melihat Azzam lah yang mengendarai sepeda motor tersebut.
        “ kamu mau pulang Ra? bareng aja yuk,  aku anterin sampai rumah kan kita searah.”  
       “nggak usah Zam ngrepotin kan rumah kamu lumayan jauh apalagi nganteri aku dulu.” 
       “ ya ampun Ra, tidak apa-apa lagian aku ini cowok pulang kesorean juga nggak masalah, tapi kamu itu cewek nanti kalau ada apa-apa gimana? ikut aja yuk aku anterin aku nggak bakal gigit hehe” canda Azzam sedikit memaksa Zahra. Ternyata dibalik sikapnya yang dingin dia bisa bercanda juga batin Zahra.
        ”tapi.....”  Zahra bingung harus jawab apa antara menerima atau tidak.
        “ayo Ra keburu malem loh..”
        “iya deh, nggak ngrepotin kamu kan Zam?”  Azzam tersenyum dengan tingkah Zahra, gadis ini selalu berhasil membuat Azzam tersenyum dan sedikit terpana melihat betapa cantiknya dia bukan hanya secara fisik tapi hatinya lebih cantik. Aduh kenapa aku memikirkannya terlalu jauh ya sadar Azzam.. sadar..      
      “tenang aja Ra,  kan aku yang nawarin”.  Motor pun melaju dengan cepat. Di tengah perjalanan  Zahra merasa ada yang aneh  pada dirinya mungkin karena ini pertama kalinya ia membonceng cowok.
                                                    ***

Seiring berjalannya waktu Azzam dan Zahra semakin dekat mereka sering menghabiskan waktu bersama, ke perpustakaan atau ke toko buku karena kebetulan mereka punya hobi yang sama yaitu membaca. Bahkan Zahra sering di antar pulang oleh Azzam. Kedekatan mereka disadari Dea awalnya dia merasa kaget dan syok  pujaan hatinya sepertinya menyukai sahabatnya. Tapi apa boleh buat lagian dia memang sudah curiga dari awal sikap Azzam ke Zahra beda dengan sikapnya sama cewek lain. Berita itu tercium juga sampai ke Aktifis Rohis mulanya mereka tak percaya tapi ada salah satu Aktifis memergoki Azzam  dan Zahra di toko buku. Sontak semua Aktifis Rohis terkejut akan hal itu mengapa bisa terjadi seorang Azzam sang ketua yang terkenal pintar dan alim itu bisa terjerumus sama yang namanya virus merah jambu. Apalagi Zahra yang pendiem dan selalu nunduk jika berpapasan dengan cowok juga bisa terserang? wah ada apa ini? Apa ini benar? Beribu pertanyaan di benak para Aktifis Rohis. Namun, mereka tak ingin berburuk sangka terlebih dahulu. Akhirnya, mereka bersepakat untuk mengadakan pertemuan semacam sidang  untuk meminta penjelasan dan pengakuan dari Azzam dan Zahra.
Setelah pulang sekolah para Aktifis Rohis berkumpul,  Azzam dan Zahra pun disitu dan kebetulan Dea ikut menemani Zahra. Setelah berbasa-basi sebentar akhirnya Azzam angkat bicara dia tahu teman-temanya butuh penjelasan dari dirinya soal gosip yang beredar di seluruh sekolah ini. Bahkan banyak kecaman yang ditudingkan kepada Aktifis Rohis terutama Azzam dan Zahra.
       “teman-teman pertama aku mau minta maaf soal kejadian akhir-akhir ini aku tahu kalian membutuhkan penjelasan ku.” Azzam menarik  napas sebentar.
       “ aku sadar dalam islam berduaan dengan yang bukan muhrin itu dosa apalagi sampai berpacaran. Aku juga tahu di Aktifis Rohis kita tidak diizinkan sesama anggota untuk CBSA..... tapiiii aku ini manusia biasa..” 
        “jadi kamu sudah pacaran sama Zahra.” Potong Dea yang disambut pelototan dari teman-teman Aktifis Rohis.
       “tunggu dulu De belum selesai, aku akui aku.. a..ku... memang menyimpan rasa  kepada Zahra,  dan kemarin –kemarin aku memang sering jalan berdua dengannya, tapi percayalah aku dan Zahra tidak pernah pacaran dan jangan salah kan dia. Zahra hanya membantuku, ini semua murni ajakan ku kalau kalian menghukum hukumlah aku.” semua orang disitu kaget mendengar pengakuan dari Azzam apalagi Zahra yang tak kuasa menahan air matanya dari tadi, tiba-tiba ia berdiri dan berlari menjauhi tempat itu. Dia benar –benar tak menyangka Azzam akan berkata seperti itu. Kemarin memang Azzam mengajaknya ke toko buku karena dia ingin memberi hadiah untuk adiknya  yaitu novel yang berseri seperti punya Zahra makanya dia meminta bantuan Zahra. Zahra bingung dengan kejujuran perasaan Azzam kepadanya harus senangkah atau sedih mendengar pengakuan itu.
 “Ra tunggu...” panggil Azzam. Namun, Zahra tak menoleh ia terus berlari.

                                                ****

          Seminggu setelah kejadian itu Zahra tak pernah bertemu dengan Azzam. Dia selalu menghidar jika Azzam ingin bicara. Zahra masih merasa kecewa meskipun sekarang gosip itu mulai mereda. Para Aktifis Rohis menghukum Azzam atas konsekuensi dari pengakuannya dan sepakat untuk Azzam turun dari jabatannya sedangkan Zahra hanya di hukum untuk sementara waktu tidak aktif di kegiatan Rohis. Kegiatan  Zahra pun sekarang hanya di kelas dan cuman Dea yang selalu setia menemani Zahra.
        “Ra....Ra....kamu ngalamun yah?” tanya Dea sambil menggoyang- goyangkan tubuh Zahra. 
       “apaan sih De, gue nggak kesurupan tau...”
       “YAK!! ini anak siapa yang bilang kesurupan, aku bilang kamu ngalamun  ya kan?  benerkan?” Dea kesel abis melihat tingkah Zahra akhir-akhir ini kadang–kadang nggak nyambung gitu apalagi sekarang, tiba-tiba ia ketawa sendiri yang bikin Dea semakin dongkol. Tapi dea sadar banyak yang dipikirkan Zahra saat ini kasian dia.
       ”emm....Ra.. “ Dea ingin bertanya namun ragu-ragu,
       “apa De, ada yang ingin kamu katakan.”
        “emm... kamu sudah tahu belum Azzam pindah sekolah.“ ucap dea hati-hati
         “Apa?”  Zahra kaget setengah mati kenapa Azzam pindah? apa ini karena aku? atau... banyak pertanyaan  yang berkecambuk dipikiran Zahra`
         “Ra kamu jangan panik gitu dong? Sebenarnya beberapa hari yang lalu dia sering merhatiin kamu, meski kamu  nggak pernah melihat. Dia juga cerita sama aku katanya dia bakal pindah ke Bumiayu untuk sekolah sambil mondok disana” Tak terasa butir-butir air turun dari pipi Zahra, ia menangis ia benar-benar menyesal selama ini ia menghindar jika bertemu Azzam dan bersikap kekanak-kanakan. “Ra udah jangan nangis, Azzam juga bilang katanya aku harus jaga kamu dan selalu di sisih kamu agar kamu  nggak bersedih lagi, udah dong Ra?” Dea memeluk Zahra yang menangis tersedu-sedu
       “oya Ra sebelum Azzam pergi ia menitipkan surat sama aku buat kamu katanya.” Zahra menghapus air matanya dan berlahan ia membuka surat itu.

TO:  Zahra Kamila Putri

Malam terasa gelap tanpa bintang,  gelisah dalam kalbuku terus mengguncah
Hadirmu terlintas dalam mimpiku, bayanganmu terlihat jelas dalam anganku
Seribu kata tak mampu terucap, membisu di ambang untaian kata
Tubuhku kaku tak mampu mendekati sosok dirimu, sebuah sosok yang menuntunku dalam sebuah rasa
Yang telah sadar memaksamu hadir dalam hidupku
Salahkah atas fatamorgana jiwaku,  Yang selalu berfantasi bersamamu
Maafkan aku ......jika mencintaimu adalah salah Jangan ajari aku bagaimana semestinya
Maafkanlah aku....yang telah memutuskan hatiku tuk memilihmu
Maafkanlah aku.... yang tak bisa menghapusmu dari hidupku
Jika suatu hari nanti Tuhan mengizinkan kita bertemu kembali
Aku berharap Dia akan menyatukan kita dalam takdir-NYA

                                                                       AZZAM  ALFARIZI

Azzam benar mungkin bukan sekarang mereka bersatu namun nanti ketika Tuhan menyatukan dengan keindahan-NYA dan takdir-NYA.


                                                    TAMAT