CBSA ( Cinta Bersemi Sesama Aktifis)
Tuttt……tuuttttttt……..
Jam istirahat
berbunyi, meskipun terdengar sederhana namun mampu menyedot perhatian para siswa karana bagi mereka jam istirahat adalah segalanya dan tak terduakan.
bahkan mereka rela berdesakan di kantin hanya untuk memberi makan cacing-cacing yang berteriakan di perut yang sedari tadi berbunyi. Yah…
itulah yang di rasakan siswa jika sedang laparrrr berat!!!. Namun, kebiasaan
siswa yang satu ini sangatlah
berbeda di antara
siswa yang lain . Jika
teman-teman yang lain ke kantin saat
istirahat ataupun jam pelajaran kosong dia lebih memilih
menghabiskan waktunya di perpus atau di
mushola.
“ Zahra………..!!!!!” teriak cewek yang berambut panjang yang di potong segi dan memakai rok selutut dengan sepatu
tanpa bertali. Sontak teriakan
yang super maut
mampu menarik mata-mata di sekelilingnya.
“ya ampun
Dea kamu panggil aku kaya panggil
maling aja.” omel cewek yang
bernama Zahra itu.
“hehe
biasa aja…. habis sudah kebiasaan sih hehe”
“De
lebih baik sekarang kamu ubah deh
sikapmu malu tau diliat seluruh sekolahan karena suaramu itu”
“ okke!!
udah non ceramahnya , perasaan kamu sudah sering deh
ngomong seperti itu” bantah Dea dengan senyum jailnya.
“huh..
terserah deh…” itulah kebiasaan Zahra jika dia capek berdebat dengan sahabatnya
yang satu ini . Dea dan
Zahra sangatlah berbeda, Zahra
dia tampak anggun dengan jilbabnya, sedangkan
Dea masih terlihat centil dengan rok
selututnya. Namun, begitulah persahabatan mereka meskipun
mereka berbeda tetapi keduanya begitu dekat dan akrab.
Tuttt…..tuuuttt….
“eh
Ra kamu hari ini ikut
pengajian rohis nggak?”
Tanya Dea saat jam pulang berbunyi.
“iya, emang kenapa?” jawab Zahra heran tumben
Dea tanya begitu.
“nggak sih nggak kenapa-napa boleh nggak aku ikut?”
“beneran
kamu mau ikut? hahaha..” Zahra tertawa,
benar benar heran dengan sikap sahabatnya ini.
“ih
kamu malah ketawa sih kalau
nggak boleh ikut ya udah” rengut Dea.
“hemmmm gitu aja
cemberut iya deh boleh lagian, siapa aja boleh ikut pengajian asalkan niatnya baik”. Zahra pun tersenyum kali ini melihat Dea
seperti anak kecil yang dikasih mainan sangat
kegirangan.
”iya dong niat gue baik kok” senyum Dea pun mengembang, sebenarnya dihatinya hanya ingin bertemu
dengan ketua Rohis yang cakep plus pinter banget. Yang menjadi
idola seluruh cewek yang ada di sekolah ini. Sayangnya cowok itu dingin dan
cuek . Tetapi, bagi para cewek spesies
Dea cowok seperti itu bikin penasaran setengah mati. Apalagi kalau nyebut
namanya Azzam Alfarizi pasti deh bikin merinding.
Saat Dea dan Zahra menuju aula tempat pengajian di
laksanakan, tiba-tiba terkejut mendengar
suara seseorang di belakang mereka.
“assallamu’alaikum..
Zahra, Dea” salam pemilik suara yang bikin
hati bergetar itu siapa lagi kalau bukan cowok ganteng yang bernama Azzam.
“wangalaikumsalam... eh
Azzam” ucap Zahra dan Dea berbarengan yang dibalas senyum oleh Azzam.
“ oh ya Ra minggu
depan kan ada kegiatan Baksos, kamu sudah buat proposalnya belum? Kata indah
kamu yang buat proposal nya.”
“iya Zam, aku
sudah membuatnya tapi maaf belum selesai, insyaalloh lusa baru selesai.”
“Alhamdulillah kalau sudah dikerjakan, tidak apa-apa
kalau belum selesai aku cuma ngecek saja, siapa tahu kamu lupa soalnya aku
perhatikan akhir-akhir ini kamu sibuk.”
“Makasih Zam, sudah mau mengingatkan. Tapi itu sudah jadi
kewajibanku.”
“ Sama-sama sebagai teman kita harus saling mengingatkan
bukan?” Azzam tersenyum, siapapun yang melihat senyum itu sudah di
pastikan hatinya akan meleleh. Dea yang berada di tengah-tengah
percakapan mereka hanya memandangi Azzam penuh minat tanpa suara seperti
biasanya dia lakukan.
“Sepertinya,
pengajian akan segera di mulai.” Lanjut Azzam.
Akhirnya mereka
pun bergegas menuju aula. Azzam sudah berjalan kedepan mendahului Zahra dan Dea.
Saat Azzam sudah berada agak jauh, kini giliran Dea yang ribet, dari tadi
kerjaannya hanya memperhatikan Azzam
bicara sambil senyum-senyum genit. Sekarang
dia ngoceh mengagum-agumkan sosok Azam. “wah..... Azzam tuh ganteng banget, cool lagi
aduh kayaknya aku beneran jatuh hati nih...”beribu kata-kata itu saja yang
keluar dari bibir Dea yang membuat Zahra merasa risih karena tingkah sahabatnya
itu.
***
Pengajian pun berlangsung kali ini pengajian diisi oleh
teman –teman dari iqra’ club, mereka mengisi pengajian dengan tema “virus merah
jambu”. Seperti biasa para siswa putra dan putri dipisah, siswa putra di sebelah kanan dan putri di
sebelah kiri, diantaranya ada sket pembatas yang menggunakan kain. Tema kali
ini memang sangat menarik banyak siswa
yang memperhatikan dengan baik isi tema tersebut. Apalagi di selingi dengan
candaan-candan dari pengisi pengajian tersebut yang membuat para siswa jadi
merasa tidak bosan. Setelah 2 jam akhirnya pengajian selesai. Dea yang tadinya merasa tidak nyaman karena tidak
memaki jilbab sendirian akhirnya pun merasa tertarik juga dengan pengajian
tesebut.
Saat perjalanan pulang Dea masih mengobrol dengan tema
yang sama yaitu Azzam.
“ Zahra,
ngomong-ngomong kok Azzam perhatian banget sama kamu ya, jangan....
jangan....dia suka lagi sama kamu...hahahaha.” ledek Dea yang di sambut cubitan
halus namun mematikan dari Zahra.
”huh kamu nih kalau ngomong jangan asal deh, itukan bisa
menimbulkan fitnah tahu? Astaghfirullah.. Dea...Dea...berapakali sih aku
bil...”
“Zahra, kan aku cuma bercanda lagian
kalau kamu nggak suka buat aku aja, aku
mau kok.” potong Dea sambil nyengir yang
di sambut tatapan tajam dari Zahra.
“Ya.. ya.. aku minta maaf deh nona cantik yang paling solehah...” ucap
Dea sambil mengangkat 2 jarinya
membentuk huruf V, sepertinya Dea
sungguh-sungguh pasalnya Zahra sepertinya mulai kesal dengan lelucon Dea yang
sama sekali tidak lucu. Raut muka Zahra akhirnya berubah yang tadi tampaknya
kesal dengan sahabatnya ini tapi sekarang dia tersenyum, senyum yang sangat
manis.
“makasih.. atas pujiannya Dea ku sayang aku maafin, tapi lain kali
jangan di ulangi lagi yah? Dan satu lagi jangan pernah membuat asumsi yang
tidak benar tentang aku dan Azzam karena kita hanya teman oke.” Dea sedikit lega karena temannya tidak jadi
marah.
“ Iya oke, jangan ngambek lagi dong cantik
hehehe”
***
Diperempatan
jalan Dea dan Zahra terpisah. Dea di jemput oleh ayahnya sedangkan Zahra tidak
di jemput karena jarak rumahnya dan sekolah tidak terlalu jauh jadi ia lebih
memilih jalan kaki. Tiba-tiba seorang cowok yang sedang mengendarai sepeda
motor bermerek vixion berhenti tepat disamping Zahra dia membuka helm nya
“assallamu’alaikum Ra?” sapa Azzam.
“wangalaikum salam Azzam???” Zahra kaget melihat Azzam lah yang mengendarai
sepeda motor tersebut.
“
kamu mau pulang Ra? bareng aja yuk, aku
anterin sampai rumah kan kita searah.”
“nggak usah Zam ngrepotin kan rumah kamu
lumayan jauh apalagi nganteri aku dulu.”
“ ya ampun Ra, tidak apa-apa lagian aku ini
cowok pulang kesorean juga nggak masalah, tapi kamu itu cewek nanti kalau ada
apa-apa gimana? ikut aja yuk aku anterin aku nggak bakal gigit hehe” canda
Azzam sedikit memaksa Zahra. Ternyata
dibalik sikapnya yang dingin dia bisa bercanda juga batin Zahra.
”tapi.....” Zahra bingung harus jawab apa antara menerima
atau tidak.
“ayo Ra keburu malem loh..”
“iya deh, nggak ngrepotin kamu kan Zam?” Azzam tersenyum dengan tingkah Zahra, gadis
ini selalu berhasil membuat Azzam tersenyum dan sedikit terpana melihat betapa
cantiknya dia bukan hanya secara fisik tapi hatinya lebih cantik. Aduh kenapa aku memikirkannya terlalu jauh
ya sadar Azzam.. sadar..
“tenang aja Ra, kan aku yang nawarin”. Motor pun melaju dengan cepat. Di tengah
perjalanan Zahra merasa ada yang
aneh pada dirinya mungkin karena ini
pertama kalinya ia membonceng cowok.
***
Seiring berjalannya waktu Azzam dan Zahra semakin dekat
mereka sering menghabiskan waktu bersama, ke perpustakaan atau ke toko buku
karena kebetulan mereka punya hobi yang sama yaitu membaca. Bahkan Zahra sering
di antar pulang oleh Azzam. Kedekatan mereka disadari Dea awalnya dia merasa
kaget dan syok pujaan hatinya sepertinya
menyukai sahabatnya. Tapi apa boleh buat lagian dia memang sudah curiga dari
awal sikap Azzam ke Zahra beda dengan sikapnya sama cewek lain. Berita itu
tercium juga sampai ke Aktifis Rohis mulanya mereka tak percaya tapi ada salah
satu Aktifis memergoki Azzam dan Zahra
di toko buku. Sontak semua Aktifis Rohis terkejut akan hal itu mengapa bisa
terjadi seorang Azzam sang ketua yang terkenal pintar dan alim itu bisa
terjerumus sama yang namanya virus merah jambu. Apalagi Zahra yang pendiem dan
selalu nunduk jika berpapasan dengan cowok juga bisa terserang? wah ada apa
ini? Apa ini benar? Beribu pertanyaan di benak para Aktifis Rohis. Namun,
mereka tak ingin berburuk sangka terlebih dahulu. Akhirnya, mereka bersepakat
untuk mengadakan pertemuan semacam sidang
untuk meminta penjelasan dan pengakuan dari Azzam dan Zahra.
Setelah pulang sekolah para Aktifis Rohis berkumpul, Azzam dan Zahra pun disitu dan kebetulan Dea
ikut menemani Zahra. Setelah berbasa-basi sebentar akhirnya Azzam angkat bicara
dia tahu teman-temanya butuh penjelasan dari dirinya soal gosip yang beredar di
seluruh sekolah ini. Bahkan banyak kecaman yang ditudingkan kepada Aktifis
Rohis terutama Azzam dan Zahra.
“teman-teman pertama aku mau minta maaf soal
kejadian akhir-akhir ini aku tahu kalian membutuhkan penjelasan ku.” Azzam
menarik napas sebentar.
“ aku sadar dalam islam berduaan dengan
yang bukan muhrin itu dosa apalagi sampai berpacaran. Aku juga tahu di Aktifis
Rohis kita tidak diizinkan sesama anggota untuk CBSA..... tapiiii aku ini
manusia biasa..”
“jadi kamu sudah pacaran sama Zahra.”
Potong Dea yang disambut pelototan dari teman-teman Aktifis Rohis.
“tunggu dulu De belum selesai, aku akui aku..
a..ku... memang menyimpan rasa kepada
Zahra, dan kemarin –kemarin aku memang sering
jalan berdua dengannya, tapi percayalah aku dan Zahra tidak pernah pacaran dan
jangan salah kan dia. Zahra hanya membantuku, ini semua murni ajakan ku kalau
kalian menghukum hukumlah aku.” semua orang disitu kaget mendengar pengakuan
dari Azzam apalagi Zahra yang tak kuasa menahan air matanya dari tadi,
tiba-tiba ia berdiri dan berlari menjauhi tempat itu. Dia benar –benar tak
menyangka Azzam akan berkata seperti itu. Kemarin memang Azzam mengajaknya ke
toko buku karena dia ingin memberi hadiah untuk adiknya yaitu novel yang berseri seperti punya Zahra makanya
dia meminta bantuan Zahra. Zahra bingung dengan kejujuran perasaan Azzam
kepadanya harus senangkah atau sedih mendengar pengakuan itu.
“Ra tunggu...” panggil Azzam. Namun, Zahra tak
menoleh ia terus berlari.
****
Seminggu
setelah kejadian itu Zahra tak pernah bertemu dengan Azzam. Dia selalu menghidar
jika Azzam ingin bicara. Zahra masih merasa kecewa meskipun sekarang gosip itu
mulai mereda. Para Aktifis Rohis menghukum Azzam atas konsekuensi dari
pengakuannya dan sepakat untuk Azzam turun dari jabatannya sedangkan Zahra
hanya di hukum untuk sementara waktu tidak aktif di kegiatan Rohis. Kegiatan Zahra pun sekarang hanya di kelas dan cuman
Dea yang selalu setia menemani Zahra.
“Ra....Ra....kamu ngalamun yah?” tanya
Dea sambil menggoyang- goyangkan tubuh Zahra.
“apaan sih De, gue nggak kesurupan
tau...”
“YAK!! ini anak siapa yang bilang
kesurupan, aku bilang kamu ngalamun ya
kan? benerkan?” Dea kesel abis melihat
tingkah Zahra akhir-akhir ini kadang–kadang nggak nyambung gitu apalagi
sekarang, tiba-tiba ia ketawa sendiri yang bikin Dea semakin dongkol. Tapi dea
sadar banyak yang dipikirkan Zahra saat ini kasian dia.
”emm....Ra.. “ Dea ingin bertanya namun
ragu-ragu,
“apa
De, ada yang ingin kamu katakan.”
“emm... kamu sudah tahu belum Azzam
pindah sekolah.“ ucap dea hati-hati
“Apa?” Zahra kaget setengah mati kenapa Azzam pindah? apa ini karena aku? atau... banyak
pertanyaan yang berkecambuk dipikiran
Zahra`
“Ra kamu jangan panik gitu dong?
Sebenarnya beberapa hari yang lalu dia sering merhatiin kamu, meski kamu nggak pernah melihat. Dia juga cerita sama
aku katanya dia bakal pindah ke Bumiayu untuk sekolah sambil mondok disana” Tak terasa butir-butir
air turun dari pipi Zahra, ia menangis ia benar-benar menyesal selama ini ia
menghindar jika bertemu Azzam dan bersikap kekanak-kanakan. “Ra udah jangan
nangis, Azzam juga bilang katanya aku harus jaga kamu dan selalu di sisih kamu
agar kamu nggak bersedih lagi, udah dong
Ra?” Dea memeluk Zahra yang menangis tersedu-sedu
“oya Ra sebelum Azzam pergi ia menitipkan
surat sama aku buat kamu katanya.” Zahra menghapus air matanya dan berlahan ia
membuka surat itu.
TO: Zahra Kamila
Putri
Malam terasa gelap tanpa bintang, gelisah dalam kalbuku terus mengguncah
Hadirmu
terlintas dalam mimpiku, bayanganmu terlihat jelas dalam anganku
Seribu
kata tak mampu terucap, membisu di ambang untaian kata
Tubuhku
kaku tak mampu mendekati sosok dirimu, sebuah sosok yang menuntunku dalam
sebuah rasa
Yang
telah sadar memaksamu hadir dalam hidupku
Salahkah
atas fatamorgana jiwaku, Yang selalu
berfantasi bersamamu
Maafkan
aku ......jika mencintaimu adalah salah Jangan ajari aku bagaimana semestinya
Maafkanlah
aku....yang telah memutuskan hatiku tuk memilihmu
Maafkanlah
aku.... yang tak bisa menghapusmu dari hidupku
Jika
suatu hari nanti Tuhan mengizinkan kita bertemu kembali
Aku
berharap Dia akan menyatukan kita dalam takdir-NYA
AZZAM
ALFARIZI
Azzam benar mungkin bukan sekarang mereka bersatu namun
nanti ketika Tuhan menyatukan dengan keindahan-NYA dan takdir-NYA.
TAMAT